Suatu Hari Di Ibukota

Rabu, 13 Oktober 2010

Perjalanan menuju Jakarta untuk mengikuti acara workshop menggunakan Bangunkarta. Baru kali ini saya naik kereta eksekutif. Nyaman, bersih, ada televisi, ada AC-nya pula. Tidak ada peminta-minta, tidak ada pedagang asongan yang hilir mudik, tidak ada pengamen yang sering membangunkan penumpang tidur meskipun malam telah larut. Namun yang paling penting adalah tersedia air di toiletnya, sehingga persoalan wudhu dan sholat di dalam kereta tidak menjadi kendala.

Tiba di Stasiun Senen sekitar pukul 06.30 pagi, terlambat beberapa jam. Mandi dulu di ponten umum lalu menikmati soto ayam Lamongan. Selanjutnya meluncur ke lokasi workshop di Roxy menggunakan taxi. Ternyata belum ada panitia dan peserta lain yang datang. Tidak ada masalah karena acara baru dimulai esok harinya. Hari ini sesuai rencana akan mengunjungi BKN dan Setneg untuk acara dinas.

Berjalan dulu sekitar 1,5 km menuju ke Harmoni, salah satu halte bus transjakarta di tengah kota. Penuh sesak, udara panas. Alhamdulillah bus yang menuju ke BKN di Cililitan pun datang. Meskipun sesak dan tidak mendapatkan duduk, suasana di dalam adem terkena pendingin ruangan. Tanpa harus oper bus, sekali jalan sudah sampai di halte BKN. Minum es jeruk dulu di kantin selanjutnya menyerahkan data-data untuk pengurusan pensiun PNS Pemkab Ngawi.

Sambil menunggu, tiduran dulu di teras masjid BKN yang sejuk. Urusan pun selesai, tinggal urusan di Setneg. Untuk ke Setneg harus kembali lagi ke Harmoni. Tiba di Harmoni sudah waktunya makan siang. Makan ketoprak dulu di depan Carefour. Perjalanan ke Setneg dilalui dengan ojek. Setelah melewati pemeriksaan petugas keamanan, dizinkan masuk. Satu jam kemudian urusan selesai.

Nunggu tukang ojek yang tadi, karena tadi sudah janjian mau mengantar ke hotel. Ditunggu sampai setengah jam tidak datang-datang akhirnya terpaksa naik taxi lagi. Eh ternyata tarif taxi lebih murah dibandingkan naik ojek, padahal taxi-nya ber-AC, lebih nyaman.

Malam hari cari makan di luar hotel, sebab kayaknya belum ada jatah makan dari panitia, buktinya tidak diberi kupon makan di restoran. Untung di depan hotel ada warung mi. Baru masuk sudah dihadang seekor anjing. Wah alamat kabur nih. Jalan lagi menuju jalan besar, Jalan Hasyim Ashari. Akhirnya ketemu warung tenda masakan padang. Habis makan mau pulang, eh hujan deras turun membasahi bumi. Terpaksa deh menunggu hingga reda.

Inilah sekelumit cerita satu hari di ibukota. Pagi makan di Lamongan, siang makan di Jakarta, malam makan di Padang. 


0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya

 

Label

kepegawaian (171) coretan (126) serba-serbi (86) saat kuliah (71) oase (68) pustaka (62) keluarga (58) tentang ngawi (58) hukum (49) peraturan (46) tentang madiun (37) album (26) konsultasi (20) tentang jogja (17)