Kado Awal Tahun

Selasa, 31 Januari 2017

Di awal tahun, adakah hal yang lebih istimewa bagi rakyat Indonesia selain mendapatkan kado dari pemerintah? Kado istimewa tersebut adalah penurunan harga. Mulai harga BBM, tarif listrik, biaya mengurus STNK dan BPKB, hingga harga cabai. Semua turun bertubi-tubi, seperti air yang turun dari langit saat hujan deras. Pada sisi yang lain, tingkat pendapatan masyarakat secara nyata menunjukkan kenaikan. Beban yang dipikul masyarakat pun menjadi kian ringan. Apalagi ditopang dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang semakin kuat.

Pemerintah yang benar-benar pro rakyat, seperti yang selama ini didengung-dengungkan di berbagai media dan pidato pejabat. Masyarakat pun senang dan bersyukur. Sebab, penurunan tarif listrik, biaya STNK, dan harga BBM tersebut sudah menjadi keputusan pemerintah. Misalnya tarif listrik. Biaya setrum yang biasanya naik untuk sebagian masyarakat yang dinilai tidak layak menerima subsidi, kini turun untuk semua golongan. Lalu, biaya STNK dan BPKB yang menjadi salah satu sumber penerimaan negara bukan pajak (PNPB), ikut diturunkan.

Yang super fantastis adalah soal harga cabai, yang selama ini sering menjadi persoalan di negeri yang dikenal subur ini. Dulu seringkali kenaikan harga cabai terjadi secara fantastis. Biasanya jajaran pemerintah menjadikan faktor cuaca dan distribusi sebagai penyebab kenaikan harga cabai. Kini tak lagi. Musim hujan ternyata tidak membuat panen cabai di sejumlah daerah gagal. Suplai pun tidak lagi berkurang. Faktor cuaca juga tidak menghambat distribusi cabai dari sentra produksi ke daerah lain. Pemerintah sekarang memang hebat dengan kebijakannya, sehingga tidak ada lagi kenaikan harga cabai secara gila-gilaan.

Pemerintah berhasil mengatasi persoalan, hal yang selalu menjadi problem kenaikan harga di era sebelumnya secara berulang-ulang. Pemerintah kini memiliki solusi yang komprehensif sehingga problem yang sama tidak terjadi setiap tahun. Nah, di sinilah begitu hebatnya leadership sang pemimpin dalam menyelesaikan problem pasokan pangan yang kerap terjadi di masa lalu. Masa lalu yang suram, kini berubah ke arah yang gilang-gemilang.

Terpidana Malang

Selasa, 17 Januari 2017

Malang nian nasib pemuda yang satu ini. Hugjiltu alias Qoysiletu, telah dieksekusi mati dalam kasus pembunuhan dan perkosaan pada tahun 1996. Saat itu Hugjiltu berusia 18 tahun. Namun, pada tanggal 15 Desember 2014, Pengadilan Kota Hohhot, Wilayah Otonomi Mongolia Dalam di Tiongkok Utara, menyatakan pemuda itu terbukti tidak bersalah. Demikian diberitakan dalam media massa Jawa Pos.

Hugjiltu didakwa bersalah membunuh dan memerkosa seorang perempuan di toilet sebuah pabrik tekstil. Dia dieksekusi mati 61 hari setelah kematian sang perempuan. Kasus itu tak berhenti. Keluarga Hugjiltu yang yakin anaknya tak bersalah terus berjuang mengungkap keadilan. Apalagi, pada tahun 2005, seorang pria mengaku sebagai pembunuh yang sebenarnya. Pengadilan Tinggi pun kembali membuka kasus tersebut. Kepolisian setempat pun bersedia melakukan penyelidikan ulang.

Dari sana terungkaplah bahwa pengakuan Hugjiltu tidak klop dengan laporan autopsi. Bukti-bukti lainnya pun tidak bisa mengaitkan Hugjiltu secara langsung. Pengadilan Tinggi Mongolia menemukan bahwa vonis yang telah dijatuhkan terhadap Hugjiltu tidak sesuai dengan fakta-fakta. Bukti-bukti yang tersedia juga tidak cukup. Pengadilan akhirnya memutuskan bahwa Hugjiltu tidak bersalah. Disebutkan juga, wakil ketua pengadilan setempat, Zhao Jianping memberikan kompensasi kepada orang tua Hugjiltu sebesar 30.000 yuan. Zhao mengatakan, uang tersebut adalah sumbangan pribadi ketua pengadilan, Hu Yifeng. Namun nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Nyawa Hugjiltu tak mungkin dikembalikan.

Kasus di Tiongkok tersebut terjadi juga di Amerika Serikat. Media asing, Brisbane Times terbitan 12 November 2010 pernah memberitakan kisah tragis seorang pria Amerika Serikat  terpidana mati. Claude Howard Jones, pria asal Texas dieksekusi mati di usianya yang ke-60 pada hari Kamis 7 Desember 2000. Jones yang punya catatan kriminal panjang didakwa membunuh Allen Hilzendager dalam sebuah perampokan toko minuman keras. Namun Jones bersikukuh, pada saat kejadian ia menunggu di dalam mobil saat rekannya merampok dan menembak korban tiga kali di luar kota Point Blank. Ia dinyatakan bersalah dalam pembunuhan di tahun 1989 itu dan upaya bandingnya menemui kegagalan, atas dasar sehelai rambut yang ditemukan polisi di tempat kejadian perkara.

Vonis Salah

Selasa, 10 Januari 2017

Serupa dengan pertunjukan ketoprak, ludruk, wayang, dan lain-lain kesenian tradisional. Atau paduan suara, band, sirkus, dan lain-lain pertunjukan yang muncul dan marak kemudian. Film adalah salah satu jenis pertunjukan populer di tengah-tengah masyarakat. Sifatnya menghibur. Jaman dulu film hanya diputar di sebuah gedung tertutup dengan layar lebar di hadapan penonton. Orang menamakannya bioskop. Hanya kalangan tertentu yang bisa menikmatinya. Selanjutnya film pun diputar tak hanya di gedung bioskop, namun di lapangan. Makanya kita mengenalnya dengan Bioskop Misbar, jika gerimis filmnya bubar, karena penonton beratapkan langit. Keunggulan misbar adalah sifatnya yang mobile. Ia bisa pindah ke lain tempat. Pindah ke lain lapangan. Juga pindah ke lain hati. Eh …

Era kejayaan bioskop mulai redup dengan bermunculnya persewaan kaset. Orang cukup menyewa kaset di tempat rental lalu menontonnya di rumah bersama keluarga dengan alat pemutar elektronik. Era itu pun juga redup dengan bermunculnya stasiun televisi yang menayangkan beragam film. Tak perlu mengeluarkan uang. Namun kita tak bisa memilih film apa yang hendak kita tonton. Karena harus menyesuaikan dengan jadwal siaran televisi. Namun era kekinian, dengan internet, menonton film menjadi lebih mudah. Juga murah. Dan bisa di mana saja. Kita bisa memilih jenis film yang kita sukai. Ada genre komedi, perang, horor, kartun, misteri. Juga film dengan latar belakang dari berbagai negara.

Beberapa waktu lalu saya menonton film yang menyangkut mistaken conviction. Film yang mengisahkan seseorang yang divonis bersalah melakukan kejahatan. Padahal orang tersebut bukanlah pelaku sebenarnya. Dan tragisnya, hukuman yang diterimanya adalah hukuman mati. Yang pertama adalah “True Crime”, dirilis tahun 1999 dan dibintangi oleh Clint Eastwood. Eastwood selain sebagai pemain juga sekaligus sutradaranya. “True Crime” bercerita tentang Steve Everett, wartawan media cetak yang kecanduan dengan alkohol. Sebagai seorang alkoholik, Everett yang sebenarnya berbakat sulit mendapatkan kepercayaan dari atasannya, karena dikhawatirkan tulisannya tidak obyektif.

Namun lama-kelamaan ia pun sadar bahwa hidup harus terus berjalan. Kebiasaan minum-minuman keras pun ia tinggalkan. Berpaling dari alkohol buah manis yang didapatkan. Everett mendapatkan kepercayaan untuk menulis sebuah kasus pembunuhan yang melibatkan Frank Beechum. Sebenarnya tugas menulis kasus tersebut diberikan kepada rekan perempuan Everett namun sebuah kecelakaan mobil membuat rekannya mati. Kesempatan besar pun dimanfaatkan sekali oleh Everett untuk melanjutkan investigasi jurnalistik.

 

Label

kepegawaian (171) coretan (126) serba-serbi (86) saat kuliah (71) oase (68) pustaka (62) keluarga (58) tentang ngawi (58) hukum (49) peraturan (46) tentang madiun (37) album (26) konsultasi (20) tentang jogja (17)