Berjuang Makan Di Resto

Kamis, 07 Oktober 2010

Kami sekeluarga sering melewatkan waktu dengan berjalan-jalan. Berjalan-jalan dalam arti memang berjalan kaki betulan menikmati suasana sekitar. Hal ini biasanya kami lakukan jika pagi hari di sekeliling kompleks perumahan atau sore hari jika kami sedang berkunjung ke Madiun. Bisanya kami berjalan-jalan ke Pasar Sleko yang jaraknya cukup dekat dengan rumah orang tua. Di samping itu juga berjalan-jalan dalam arti naik motor keluar rumah mengunjungi tempat wisata atau tempat keramaian.

Suatu saat kami sekeluarga jalan-jalan ke Pasaraya Sri Ratu, salah satu supermarket di Kota Madiun. Anak-anak sangat senang karena menemukan suasana yang berbeda dibandingkan dengan di Ngawi. Di Ngawi kami hanya menemukan satu supermarket, yakni Tiara, yang dekat terminal lama itu.

Tidak banyak yang kami beli saat itu karena tujuan kami memang tidak berbelanja. Istri membeli beberapa buku. Anak-anak (Fauzan dan Hilma) saya ajak ke tempat permainan. Sedangkan Farah ikut umminya melihat-lihat buku yang masih satu lantai dengan tempat permainan kakak-kakaknya. Fauzan dan Hilma senang sekali menikmati salah satu permainan (saya lupa nama permainannya). Mereka bisa melompat-lompat di lantai yang empuk hingga memantul. Naik turun kuda-kudaan. Keluar masuk lorong. Tak kurang satu jam mereka ada di sana.

Setelah lelah mereka mengajak berhenti bermain. Kami pun turun ke lantai dasar untuk makan siang. Dari beberapa pilihan tempat, salah satu yang menjadi pilihan adalah Resto Es Teler, yang baru pertama kali kami kunjungi. Pengunjung sangat ramai, maklum waktu itu habis lebaran. Sebenarnya kalau ada pilihan tempat yang lesehan maka kami pasti akan memilih tempat itu. Iya, sebab kami membawa 3 anak yang masih kecil, cukup repot kalau tidak duduk lesehan. Tapi tidak ada resto yang menawarkan tempat lesehan di Sri Ratu.

Karena pengunjung sangat banyak kami pun menunggu pesanan makanan cukup lama. Hilma mulai tidak nyaman. Berulang kali ia merengek minta ke tempat permainan lagi. Si kecil Farah pun mulai menangis, kecapekan. Sambil menunggu pesanan datang saya ajak Hilma berjalan-jalan melihat barang-barang yang diobral. Kerumunan pengunjung sangat banyak. Beberapa menit kemudian saya kembali ke resto ternyata pesanan belum datang, gantian Fauzan minta jalan-jalan. Saya ajak anak-anak lihat kolam kecil berisi ikan yang digunakan untuk terapi kesehatan.

Kembali ke resto pesanan ternyata sudah datang. Fauzan protes. Ups, ternyata saya telah salah menuliskan pesanan untuknya. Harusnya ia pesan mi goreng namun saya tulis mi godhog (rebus). Hilma menangis karena pentol baksonya terjatuh. Si kecil Farah saya gendong, saya ajak berjalan-jalan. Lho kenapa tidak ikut makan? Ehm, begini. Biasanya kami melakukan manajamen shift (hehehe istilah yang dipaksakan). Saya dan istri gantian makan. Jika yang satu makan, yang lain menjaga anak-anak, terutama anak yang paling kecil.

Saya rasa waktu 10 menit sudah cukup bagi istri untuk menghabiskan 1 porsi. Maka saya pun kembali ke resto bersiap menikmati pesanan saya, yakni mi ayam. Saya serahkan Farah ke istri untuk digendong dan diajak berjalan-jalan. Mi yang akan saya santap sudah tidak panas lagi (wah rugi dong). Ketika sudah siap dengan sendok yang akan mengancam pertahanan kokoh pasukan mi, ujian datang lagi. Hilma minta pipis. Astaghfirullah. Kenapa tidak dari tadi nduk, batin saya. Secepat kilat saya gandeng ia ke toilet. Alhamdulillah tempatnya tidak jauh dari resto.

Beberapa ujian sudah saya lewati, tinggallah saya makan mi ayam, yang sudah dingin karena terlalu lama saya tinggalkan. Saya belum bisa serius 100% untuk menyatap sajian di depan mata. Anak-anak masih makan minum sendiri hidangan di atas meja yang ukurannya tidak sesuai dengan porsi tubun mereka yang kecil. Sambil makan saya senantiasa mengawasi dan kadang-kadang memegang piring atau gelas mereka supaya tidak jatuh.

Syukurlah perjuangan saya makan akhirnya selesai. Mi pun tandas masuk ke lambung dengan sukses. Selesaikah ujian itu? Tunggu dulu. Masih ada lagi ujian berikutnya. Selesai makan, Fauzan menghabiskan minumannya. Setelah itu ia pun menghabiskan es krim. Karena kekenyangan akhirnya ia pun muntah. Daripada mengotori lantai resto yang bersih itu akhirnya muntahannya segera saya tangkap dengan tangan, berhasil, sukses.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya

 

Label

kepegawaian (171) coretan (126) serba-serbi (86) saat kuliah (71) oase (68) pustaka (62) keluarga (58) tentang ngawi (58) hukum (49) peraturan (46) tentang madiun (37) album (26) konsultasi (20) tentang jogja (17)