Tantangan Liberalisme Budaya

Kamis, 10 Juni 2010



Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini tampaknya menjadi sesuatu yang membuat orang-orang di dunia bangga. Tidak bisa dipungkiri peralatan serta perlengkapan modern membuat manusia menjadi mudah dan praktis dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Listrik, pesawat terbang, mobil, komputer, dan sebagainya adalah sebagian kecil saja yang telah dihasilkan oleh kemajuan jaman ini.
Bila membicarakan tentang kemajuan, modernitas, kecanggihan, maka orang tidak bisa lepas dari kata : “Barat”. Barat yang mengklaim memiliki peradaban yang tinggi memang telah berhasil dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara luar biasa. Prestasi-prestasi para ilmuwannya sangat mengagumkan. Dulu orang berkata bahwa hanya mimpi saja untuk sampai ke bulan, namun sekarang hal itu bukan lagi sebuah mimpi sejak orang sudah bisa mencapai bulan. Orang pun sekarang dengan peralatan yang canggih bisa hidup selama berhari-hari di ruang angkasa.
Kemajuan-kemajuan di bidang transportasi membuat orang merasa nyaman dan cepat dalam menikmati perjalanan baik di darat, laut, maupun udara. Di bidang telekomunikasi pun orang-orang bisa menikmati peralatan yang serba praktis dan mudah, sehingga interaksi antar daerah bahkan antar benua bisa dilakukan pada saat itu walaupun terpisah wilayah sangat jauh.
Sekali lagi kita tidak dapat memungkiri kejeniusan dan kepintaran orang-orang Barat yang telah banyak menyumbangkan ilmunya demi kemajuan-kemajuan ini. Jujur saja mereka telah menyumbangkan sesuatu yang berarti terhadap umat manusia di bumi ini. Sehingga tak heran bila akhirnya Barat sering diidentikkan dengan sebuah peradaban maju, modern, teratur, dan canggih. Namun di balik kemajuan yang telah diciptakan oleh Barat, selalu saja ada dampak negatif yang ditimbulkan. Karena Barat sangat mengagungkan materi (materialisme) maka sisi-sisi kemanusiaan seringkali dilupakan oleh mereka. Orang akhirnya dipersamakan dengan mesin atau robot malah kadang-kadang manusia sendiri yang menjadi budak dari uang/materi.
Dunia Barat sangat terkenal dengan ideologi kapitalismenya. Banyak kalangan menilai kapitalisme modern telah melahirkan distorsi-distorsi kemanusiaan dan penindasan. Hubungan antara masyarakat menjadi semakin egois, kehilangan rasa empati, dan merusak keharmonisan hubungan sosial manusia. Orang-orang di Barat didorong untuk bekerja keras dan senantiasa menggunakan rasionya untuk berlomba-lomba mengejar kepentingan finansial. Kehangatan emosional, kehidupan komunalisme, dan kolektivisme menjadi porak-poranda karena orang berlomba-lomba menjadi “agen-agen kapitalisme”. Ternyata pesatnya teknologi telah menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Kehidupan individu menjadi mekanis, kaku seperti mesin, dan rusaknya lingkungan alam (ekologi).
Lebih jauh lagi di kalangan kaum muda AS, dampak dari kehidupan materialistis ini menyebabkan mereka sangat trauma. Generasi muda AS dekade 1960-an bergaya hidup hippes, hidup di alam, bahkan seringkali tanpa mengenakan busana dan menjalankan sex bebas (free sex). Ada juga bentuk perlawanan mereka terhadap sistem kemapanan dengan menciptakan musik rock yang sangat keras.
Pendidikan yang berkembang dengan sangat pesat di Amerika Serikat seperti biasa adalah pendidikan yang khas menurut peradaban mereka. Dalam soal kuantitas, AS memang sebuah negara yang mengagumkan dunia pendidikan. Misalnya, pada 1900, seluruh perguruan tinggi dan universitas di AS mempekerjakan 24.000 pengajar, pada 1920 meningkat menjadi 44.000, dan pada akhir abad ini angka itu mencapai 400.000. Seluruh perguruan tinggi dan universitas mencatat 238.000 mahasiswa pada tahun 1900, menjadi 3.777.000 pada 1959, dan sepuluh tahun kemudian 14.600.000. Biaya untuk pendidikan melonjak dari US$ 270 juta, menjadi US$ 42,5 trilyun pada 1970. Namun seperti kebanyakan negara Barat, pendidikan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomis dan melayani kebutuhan sistem industrial. Pendidikan bersifat fungsional, yaitu melayani sistem kapitalisme.
Kemajuan yang sangat pesat ternyata benar-benar telah melahirkan ironi di bidang kemanusiaaan. Merajalelanya kriminalitas, peredaran narkotika, merebaknya pornografi, rusaknya lingkungan hidup tumbuh subur di sela-sela gedung-gedung pencakar langit menjulang kokoh yang terus bertumbuhan menancapkan pondasinya di atas bumi. Aksi-aksi pembunuhan, perampokan, perkosaan terjadi setiap hari di tengah derasnya usaha pemerintah untuk melebarkan dan memperpanjang jalan-jalan raya karena sudah tidak mampu memuat jutaan kendaraan bermotor yang bising dan merusak udara bersih.
Data dari laporan tahunan FBI tahun 1965 menyebutkan, di AS terdapat lima juta kejahatan pada 1965, dan angka pertumbuhan kriminal berbahaya adalah 14 kali dibandingkan angka pertumbuhan penduduk. Di negara itu ada satu kejahatan setiap 12 detik, satu pembunuhan pada hampir setiap jam, satu perkosaan pada setiap 25 menit, satu perampokan setiap 5 menit, dan satu pencurian mobil tiap menit.
Sedangkan di negara Barat lain, yakni Inggris menurut data organisasi amal Offered Help, ada sekitar 400.000 alkoholis, lebih dari 80.000 di antaranya adalah wanita (1973). Hampir setiap wanita pecandu akhirnya menjadi pasien di rumah sakit jiwa, sedangkan sepertiganya mempunyai potensi untuk melakukan bunuh diri. Pada tahun 1975, separuh dari film Perancis adalah film porno. Di Paris saja ada 250 bioskop yang menayangkan khusus film porno.
Bahkan berjudi mencapai kemajuannya. Kota-kota judi terbesar di dunia terletak di Doville, Monte Carlo, Las Vegas. Di Antlantic City terdapat sebuah ruang kasino raksasa yang dapat memuat sampai 60 ribu penjudi. Menurut data resmi Kepolisian New York tahun 1963, ada 23 ribu anak muda di New York yang terdaftar sebagai pecandu heroin. Di Hunter College New York, lebih dari separuh muridnya menggunakan mariyuana. Menurut laporan resmi American Public Health Services (1978), seperlima orang Amerika menderita gangguan kesehatan. Lebih dari 80 % air di Amerika Serikat tercemar oleh limbah industri. Asap dari pengecoran logam Ducktown di Tennessee mengubah tanah yang subur menjadi sebuah gurun tandus. Kandungan asam tembaga dan jelaga pada kabut di kota London pada tahun 1952 meracuni penduduknya. Cerobong asap dan knalpot kendaraan di AS mengeluarkan 230 juta ton bahan-bahan beracun ke atmosfir.
Data-data di atas diambil antara tahun 1950-an sampai 1970-an. Tentu saja angka-angka yang sangat miris itu akan sangat bertambah di masa sekarang seiring dengan berjalannya waktu. Namun bagaimanapun, Barat tetap dianggap sebagi kiblat bagi kemajuan dunia. Bahkan banyak orang muda di negara berkembang mencontoh secara membabi buta budaya Barat tanpa mengadakan seleksi yang sangat ketat. Pemerintah-pemerintah negara miskin dan berkembang juga banyak tergantung pada kebijakan Barat, terutama AS, baik di bidang ekonomi, politik, keamanan, finansial, dan lain-lain. Dan tak menutup kemungkinan negara-negara Islam maupun negara yang berpenduduk mayoritas Muslim sangat mengagumi Barat.
Dari masalah ini, umat Islam berhadapan dengan modernisasi. Westernisasi dengan dalih modernisasi pun melanda dunia Islam. Kasus yang sangat nyata terjadi di negara Turki, bagaimana pengaruh sekularisme ditanamkan dengan kuatnya oleh penguasa negara, Kemal Attaturk. Sampai kepada upacara keagamaan dan ibadah, ucapan-ucapan sholat dan adzan telah dilafadhkan semua ke dalam bahasa Turki. Semuanya ini tak lepas dari usaha kolonialisme Barat terhadap negara-negara Muslim pada masa lampau.
Pada Abad ke 19, pergeseran kekuasaan memang telah terjadi. Eropa mendominasi Dunia Islam dengan sistem penjajahan yang dibarengi dengan proses penyebaran budaya-budaya Barat serta penyebaran agamanya. Imperialisme dan kolonialisme Eropa mengancam sejarah dan identitas politik dan religiokultural Islam. Selama bertahun-tahun dunia Islam tercabik-cabik oleh penindasan. Hal ini merupakan tantangan politik dan religius. Islam yang dulunya pernah jaya dengan peradaban yang tinggi akhirnya semakin melemah dan menjadi sapi perahan orang-orang asing.
Namun akhirnya di jaman modern ini, dunia Islam berhasil membebaskan dirinya dari cengkeraman penjajah, walaupun tidak bisa sepenuhnya bebas dari hegemoni Barat. Kenangan buruk masa penjajahan harus bisa menjadi pelajaran untuk membangun kembali kejayaan yang pernah hilang. Modernisme Islam, seperti tanggapan Muslim modern terhadap Barat pada abad ke-20 mempunyai sikap yang ambivalen terhadap Barat, yaitu tertarik sekaligus menolak. Eropa dikagumi karena kekuatan, teknologi, ideal politiknya tentang kebebasan, keadilan, dan persamaan, tetapi juga sering ditolak karena tujuan dan kebijaksanaan imperialisme. Kemerdekan bagi bangsa-bangsa Islam bukan berarti lepas sepenuhnya dari ketergantungan Barat, karena demikian kuatnya dominasi Barat di dunia sekarang ini.
Penjajahan yang dulu pernah terjadi tampaknya akan berulang namun dengan model yang berbeda. Penyerangan Barat terhadap Dunia Islam tidak lagi menggunakan kekuatan senjata saja, namun juga penyebaran budaya. Bisa kita saksikan bagaimana rakyat di negara yang mayoritas Muslim semakin bangga dengan kebudayaan Barat daripada kebudayaannya sendiri apalagi Islam. Kasus Indonesia bisa dijadikan contoh.
Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah rakyat yang beragama Islam terbesar di dunia tidak bisa terlepas dari pengaruh Barat. Baik dari segi pemerintahnya sendiri maupun dari rakyatnya. Kalangan muda Indonesia begitu terbius dan tergila-gila oleh budaya Barat sehingga seringkali tingkah laku, gaya, mode, busana, maupun aksesoris mereka lebih Barat daripada orang-orang Barat itu sendiri. Perilaku seks bebas bukanlah hal yang aneh lagi di sini. Pergaulan yang serba bebas, kaum wanitanya yang mengenakan pakaian ketat maupun merangsang nafsu, minum-minuman keras, penyalahgunaan narkotika, menandakan semakin hilangnya kontrol di kalangan generasi mudanya.
Selain itu kita pun bisa menyaksikan segala jenis barang produk Barat yang dijual di swalayan-swalayan seperti halnya sepatu, baju, celana, dan lain-lain. Di sini pun kita bisa dengan mudah memukan restoran-restoran yang menyajikan masakan model Barat terutama dari Amerika Serikat. Kehidupan malam di kota-kota besar yang dihiasi oleh gemerlap lampu-lampu mewah, gedung-gedung tinggi, diskotik, mal, tempat karaoke, serta orang-orang yang berlalu-lalang dengan beraneka rupa model busana Barat seakan-akan membuat pikiran kita menerawang bahwa kita hidup di negara mereka. Tayangan-tayangan di layar televisi seringkali menampilakan film-film Barat yang biasanya identik dengan kekerasan, sex, narkoba, kejahatan, pembunuhan. Belum lagi pertunjukan-pertunjukan musik yang mendatangkan artis-artis dari luar negeri yang segera saja membuat histeris para penggemarnya di negeri ini hingga mereka rela berdesak-desakan untuk merengkuhnya, menyodorkan pipinya untuk dicium.
Belum lagi maraknya peredaran narkoba yang semakin menggila menghinggapi kalangan muda. Tawuran antar pelajar pun kian marak, seakan-akan merekalah yang menjadi jagoan-jagoan di jalanan seperti halnya tokoh heronya Sang Rambo. Jumlah orang yang melakukan aborsi pun sangat banyak, dengan semakin mudahnya orang mendapatkan pelayanan kesehatan untuk menggugurkan kandungannya. Banyak kasus dari aborsi tersebut yang merupakan akibat dari pergaulan yang terlalu bebas antar muda dan mudi.
Budaya individualisme tampaknya juga semakin menonjol, terutama di kota-kota besar seiring dengan pesatnya budaya materialisme yang menghinggapi masyarakat. Orang menjadi jarang untuk bisa mengetahui siapa tetangga rumah sebelahnya, karena disibukkan untuk mengejar prestasi meraih uang. Sifat hedonis dan mementingkan diri sendiri menjadi hal yang tak mustahil di negeri ini.
Akhirnya kemajuan peradaban Barat, yang di kalangan masyarakatnya sendiri membawa dampak yang sangat luar biasa bisa saja menimbulkan efek yang buruk di kalangan masyarakat Indonesia. Keruntuhan moral akan menjadikan hidup ini sia-sia, dan perkembangan teknologi yang pesat bila tidak diimbangi dengan perhatian terhadap sisi-sisi kemanusiaan akan membawa kerusakan akhlak. Tugas kita semua untuk melindungi diri kita, keluarga kita, saudara kita, teman, sahabat, orang lain, dan anak cucu kita dengan akhlak yang baik. Mari kita bersama berusaha.

Tulisan ini dibuat saat saya kuliah di FH UGM.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya

 

Label

kepegawaian (171) coretan (126) serba-serbi (86) saat kuliah (71) oase (68) pustaka (62) keluarga (58) tentang ngawi (58) hukum (49) peraturan (46) tentang madiun (37) album (26) konsultasi (20) tentang jogja (17)