Plafon Jebol

Rabu, 02 Maret 2011

Kemegahan gedung pemkab yang belum genap tiga tahun diresmikan, ternoda oleh kondisi fisik di beberapa titik bagian dalam yang cukup memprihatinkan. Salah satunya plafon yang berada tepat di atas tangga sebelah selatan. Kerusakan disinyalir akibat penataan baja penyangga atap terlalu renggang. Renovasi sendiri sebenarnya sudah pernak dilakukan hingga lebih dari tiga kali. Namun tidak efektif, belum genap lima bulan sudah mulai rusak. Untuk melakukan perbaikan total membutuhkan biaya cukup besar. (Radar Madiun 1 Maret 2011).

Gedung pemkab ini ditempati oleh 4 satker yakni, BKD, DPPKA, Inspektorat, dan Dispora. Sebenarnya terhitung masih baru, kira-kira tahun 2008 baru digunakan. Dulu merupakan lapangan tenis dan gedung pramuka. Setelah dibangun, berdirilah secara megah gedung berlantai dua dan bercat kuning. Gedung ini pun menjadi bagian dari kompleks kantor bupati yang letaknya di Jalan Teuku Umar, tepat di sebelah utara alun-alun.

Plafon yang jebol itu posisinya dekat dengan ruangan tempat saya bekerja sehari-hari. Tepatnya di sebelah selatan sedikit, di lantai dasar. Memang aneh, di pusat pemerintahan sendiri kondisi fisik gedungnya sering mengalami kerusakan. Bisa dibayangkan jika pembangunan yang dilakukan untuk fasilitas publik semisal jalan, jembatan, sekolah, dan lain-lain.

Keramik besar dekat logo pemda raksasa yang tertempel di sebelah selatan gedung itu dulu pernah lepas. Untung saja tidak kena manusia. Saat hujan halaman gedung menjadi lautan. Air tergenang hingga di atas mata kaki. Barangkali juga ada masalah di sistem drainasenya. Sedangkan toilet lantai dasar, berkali-kali plafonnya jebol. Saat ini pun masih bolong belum ada perbaikan.

Sayang, jika pembangunan yang memakan dana jutaan rupiah (mungkin malah milyaran rupiah) dalam waktu sekejap sudah mengalami kerusakan. Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan perawatan adalah kata-kata kunci masalah ini. Juga untuk semua pembangunan. Tidak sekedar menyelesaikan program semata, apalagi untuk memperoleh keuntungan finansial pribadi.

Belum hilang dari ingatan, Terminal Kertonegoro yang harganya milyaran, jalannya sudah rusak. Pasar hewan di Kandangan yang baru saja diresmikan pavingnya sudah ambles. Jembatan Dungus yang berkali-kali diperbaiki, sekarang menjadi jalanan bergoyang, seolah ada polisi tidurnya. Masjid Agung Baiturahman yang katanya hanya direnovasi malah dirubuhkan sama sekali. Stadion Ketonggo, bukan membangun lapangannya malah membikin rukonya dulu.

Mudah-mudahan pembangunan-pembangunan selanjutnya berjalan baik.  

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya

 

Label

kepegawaian (171) coretan (126) serba-serbi (86) saat kuliah (71) oase (68) pustaka (62) keluarga (58) tentang ngawi (58) hukum (49) peraturan (46) tentang madiun (37) album (26) konsultasi (20) tentang jogja (17)