Listrik Byar Pet (Bagian Kedua)

Jumat, 13 Mei 2011

bintangsatria.wordpress.com
Tanggal 30 Juni 2010 adalah batas akhir yang disanggupi PLN untuk tidak melakukan pemadaman bergilir di seluruh daerah nusantara. Demikian yang disampaikan oleh Pak Dahlan Iskan, Dirut PLN saat bertemu dengan anggota DPR. Ambisi ini merupakan ambisi yang luar biasa, dan 30 Juni 2010 itu merupakan waktu enam bulan sejak beliau diangkat sebagai Direktur Utama PLN (beliau diangkat pada Bulan Desember 2009).

Beberapa kali saya membaca kolom yang ditulis oleh Pak Dahlan Iskan di Jawa Pos, koran yang berasal dari Surabaya yang melebarkan sayapnya secara nasional. Beliau sendiri adalah CEO Jawa Pos. Ternyata beliau kelahiran Takeran, Magetan, masih tetangga daerah dengan saya yang asli Madiun. Hatinya sudah tidak orisinil, sebab pernah transplantasi liver di Tiongkok. Hatinya setebal tembok Cina dong, hehehe...Jadi kalau ingin mencari ilmu tak usah jauh-jauh pergi ke Negeri Cina, cukup berguru ke Pak Dahlan Iskan, lha wong hatinya saja Made in Cina kok.

Di tulisan-tulisan itu, terutama sejak mengawaki PLN, saya jadi tahu beberapa permasalahan yang mendera perusahaan plat merah ini. Dan luar biasanya, dengan sentuhan tangannya, segala permasalahan itu lenyap. Dengan kedatangan dan kunjungan kerja ke berbagai wilayah Indonesia, persoalan listrik yang selama bertahun-tahun ini terjadi bisa teratasi. Di satu sisi saya merasa kagum, namun di sisi yang lain saya juga heran. Bertahun-tahun persoalan listrik di negeri ini dan berkali-kali pergantian pimpinan, namun bisa teratasi hanya dengan kedatangan seorang Pak Dahlan Iskan. Manusia ini memang luar biasa. Dan Jawa Pos menjadi media pemberitanya. Simbiosis mutualisma, kayaknya.

Setahun lebih dari ambisi beliau, namun saya masih mengalami pemadaman di perumahan tempat tinggal saya sekeluarga. Kalau memang pas ada hujan deras maupun angin kencang barangkali masih bisa dimaklumi. Beberapa kali listrik padam (oglangan kata orang Klaten, giliran kata orang Madiun) tanpa sebab dan pemberitahuan. Padahal cuaca sedang cerah-cerahnya. Pernah dalam satu minggu bisa sampai tiga kali pemadaman.

Kalau pas saya ada di rumah, begitu listrik padam, dengan sigap setengah berlari saya langsung ke dapur untuk mematikan kulkas. Bisa berbahaya. Bisa cepat rusak kalau tidak dimatikan. Soalnya dalam beberapa kasus, pemadaman listrik hanya berlangsung beberapa detik kemudian nyala lagi. Namun pernah juga dalam beberapa detik padam lagi, lalu beberapa detik nyala lagi. Istilahnya byar per-byar pet. Pernah saat dini hari, di saat enak-enaknya tidur terbuai mimpi, saya merasakan listrik padam. Dengan setengah mengantuk saya ambil senter kemudian bergegas untuk mematikan kulkas. Namun baru berada di depan kulkas, eh tiba-tiba listrik nyala. Untung saja kultas tidak rusak.

Beberapa tahun silam, suatu malam sekitar jam 8 listrik di rumah saya padam. Namun yang aneh, listrik tetangga di depan rumah saya tetap menyala. Wah ada apa ini, jangan-jangan listrik saya diputus. Padahal saya telah rutin membayar tagihan dan tak pernah telat. Kalaupun diputus biasanya ada surat peringatan ‘kan.

Saya lalu keluar rumah, eh ternyata dalam satu jalan hanya sekitar 5 rumah yang listriknya padam. Tetangga sebelah saya, Pak Karno, rumahnya juga gelap gulita. Kasihan, dua anaknya tidak bisa belajar. Sedangkan rumah-rumah lain yang kebetulan listriknya juga padam sedang dalam keadaan kosong atau ditinggalkan penghuninya. Pak Karno cerita jika tadi siang melihat ada orang-orang yang memperbaiki tiang listrik yang berada di depan rumahnya. Kami menduga pasti ada hubungannya antara listrik padam dengan perbaikan siang hari itu.

Dia lalu menelpon PLN melaporkan adanya pemadaman di tempat kami yang hanya terjadi di beberapa rumah. Apa yang terjadi? Lewat telepon itu petugas menjawab besok saja perbaikannya saat saat hari telah terang (lho piye tho ki?). Mau tak mau Pak Karno segera ambil motor ke kantor perlistrikan itu. Beberapa saat kemudian datang mobil dan petugas memperbaiki sesuatu di tiang listrik depan rumah kami. Sukses, nyala.

Saya tanya sama Pak Karno ,” Kenapa mereka akhirnya mau datang?”. “Ya awalnya mereka nggak mau datang, tapi saya berikan sesuatu untuk membeli ‘kopi’, baru mereka mau datang,” jawabnya. Hehehe...(tawa sumbang kami berdua). Trim’s PLN yang telah menerangi rumah kami, dengan segala perjuangan dan ceperannya. Trim’s juga Pak Dahlan Iskan, semoga tulisannya juga menerangi anak buahnya.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya

 

Label

kepegawaian (171) coretan (126) serba-serbi (86) saat kuliah (71) oase (68) pustaka (62) keluarga (58) tentang ngawi (58) hukum (49) peraturan (46) tentang madiun (37) album (26) konsultasi (20) tentang jogja (17)