Amuk Massa

Selasa, 22 Februari 2011

Tiga peristiwa kerusuhan massa pada bulan ini menjadi berita penting. Setiap hari media, baik televisi, cetak, radio, internet tak henti-hentinya menayangkan hal itu. Peristiwa pertama adalah bentrok antara massa pengikut Jamaah Ahmadiyah dengan massa anti Ahmadiyah di Jawa Barat. Yang kedua bentrok antara polisi dan massa di Temanggung, Jawa Tengah, gara-gara persidangan penodaan agama oleh seorang pengikut Kristiani terhadap agama Islam. Yang ketiga bentrok santri Yappi yang diserang oleh sekelompok massa bersarung di Pasuruan, Jawa Timur.

Aparat keamanan segera mencari latar belakang bentrok. Selain itu juga segera mencari dan menangkap pelaku atau orang yang berada di belakang layar. Berbagai analisis pun bermunculan. Berbagai pendapat tokoh nasional, menteri, pejabat negara, agamawan, sosiolog, ahli hukum, pegiat LSM, anggota dewan, aparat pemerintah, dan lain-lain berseliweran. Intinya, ada apa dengan Indonesia saat ini. Kenapa masyarakatnya menjadi beringas.

Sebelumnya, dan jauh sebelum ketiga peristiwa di atas terjadi tiap hari kita bisa menyaksikan bentrok massa di televisi. Atau membaca berita di koran dan majalah. Perang antar suku di Papua. Perkelahian massal antar mahasiswa di Makasar. Perang batu antar suporter di Tangerang. Tawuran pelajar. Bentrok PKL melawan Satpol PP. Indonesia yang dulu katanya ramah, ternyata orang-orangnya suka marah. Benarkah? Bisa jadi, bahkan sejak jaman dahulu kala.

Tidak usah heran kalau tiap hari kita disuguhi berita perang, bentrok, rusuh, tawur, atau apa pun namanya. Di buku-buku sejarah yang pernah saya baca, memang kita itu bangsa yang suka berperang. Anda bisa membaca sejarah Sriwijaya, Majapahit, Singosari, Mataram, dan lain-lain. Silih berganti kerajaan lahir kemudian terjadi peperangan. Bisa jadi diserang oleh pihak luar atau bisa juga perebutan warisan dari dalam. Dendam pun tercipta, turun-temurun.

Masih kurang percaya. Lihat saja kesenian tradisional kita. Ketoprak, wayang orang, ludruk. Di beberapa bagian pasti ada adegan peperangan atau minimal perkelahian.

Selain suka berperang kita bangsa yang mudah diadu. Maka tak heran selama ratusan tahun bangsa ini dijajah oleh bangsa asing. Ketika muncul api perjuangan melawan penjajah, maka selalu muncul para pengkhianat yang rela memerangi bangsanya sendiri ikut memadamkan api perjuangan itu. Menjilat penjajah.

Ini sekedar curahan hati. Karena saya telah bosan disuguhi tontonan kekerasan. Baik itu yang nyata seperti di berita, setengah nyata seperti tayangan reality show, dahulu nyata namun sekarang dimunculkan nyatanya seperti di ketoprak, maupun yang  tidak nyata seperti di sinetron. 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya

 

Label

kepegawaian (171) coretan (126) serba-serbi (86) saat kuliah (71) oase (68) pustaka (62) keluarga (58) tentang ngawi (58) hukum (49) peraturan (46) tentang madiun (37) album (26) konsultasi (20) tentang jogja (17)