Farah Azizah Khairunnisa

Kemarin tepat setahun anak kami yang ketiga lahir. Sama seperti kedua kakaknya, kelahirannya, Alhamdulillah normal. Semuanya lahir di bidan. Dan ketiganya saya lihat langsung proses kelahirannya. Namun karena ini kelahiran anak yang ketiga, maka paling tidak kami sudah berpengalaman apa yang harus disiapkan dan apa yang harus dilakukan. Memori pun muncul mengenang saat setahun silam.

Hari itu Minggu pagi. Istri sudah mengalami rasa sakit yang luar biasa. Sepertinya tanda-tanda lahir sudah kunjung tiba. Kalau berdasarkan perkiraan dokter kandungan, hari perkiraan lahir (HPL) seharusnya terjadi 10 hari sebelumnya. Pada kontrol kami yang terakhir dokter sudah berkata jika hingga 5 hari belum lahir juga maka istri harus dibawa ke rumah sakit. Kalau kedua kakaknya kelahirannya mendahului HPL-nya.

Pagi itu juga saya menelepon bidan yang pernah membantu persalinan anak kami yang kedua. Rumahnya sekitar 8 km dari rumah kami. Agak jauh sebenarnya dari rumah kami, namun istri merasa cocok dengan beliau. Namun telepon saya tidak ada yang mengangkat. Saya coba ngebel teman yang rumahnya dekat dengan bidan itu. Setelah dicek oleh teman tadi ternyata sang bidan sedang pergi keluar kota.

Akhirnya saya bawa istri ke bidan terdekat, kebetulan masih satu desa. Sama seperti kelahiran pertama dan kedua, pada kelahiran ketiga ini istri saya bonceng dengan sepeda motor. Setiba di sana, ketemu bidan, langsung diperiksa. Tapi menurutnya masih belum pembukaan. Disarankan nanti kembali lagi. Kami pun pulang.

Sesampai di rumah pun istri masih merasa perutnya mules. Jam setengah 11 siang saya ajak istri kembali ke bidan. Subhanallah, setengah jam kemudian anak kami lahir, putri. Kami beri nama Farah Azizah Khairunnisa. 1 tahun sudah sekarang usianya.

Buat para suami, dampingilah istrimu yang berdarah-darah melahirkan anak-anakmu. Rasakan betapa sakitnya berjuang hidup mati melahirkan buah hati. Jangan sakiti hati mereka.