Judul berita di atas bisa Anda baca di Koran Jawa Pos Halaman Sportivo tanggal 22 Juli 2010. Isinya antara lain sebagai berikut.
Bupati Ngawi Harsono dan Wakil Bupati Budi Sulistyono pantas malu atas fakta tersebut. Pada saat para pelajar se-Jatim bertanding di berbagai cabang olahraga, tak ada seorang pun atlet Ngawi yang ikut. Itu menunjukkan jebloknya rapor pembinaan olahraga di Ngawi.
Agak aneh juga Ngawi hanya mengirimkan basket dan sepak bola. Padahal, Ngawi punya atlet berprestasi di cabang olahraga tenis, yakni Kartika Isna, yang baru saja menjuarai Piala Walikota Surabaya (tingkat Jatim). Itu berarti Dispora maupun KONI Ngawi tidak becus dalam bekerja.
Membaca berita di atas hati saya terasa miris. Saya masih teringat pada berita di koran yang sama beberapa minggu yang lalu, tentang Kartika Isna. Ia yang mendapatkan juara 1 di Piala Walikota Surabaya pada cabang tenis merasa tidak mendapatkan penghargaan dan pembinaan dari pemkab setempat. Untuk berlatih saja ia harus menggunakan halaman rumahnya, bertanding melawan tembok. Untuk bertanding tenis sungguhan ia pun harus pergi ke Sragen.
Tahu Sragen kan? Semua orang tentu tahu bahwa Sragen bukanlah desa maupun kecamatan yang masuk Kabupaten Ngawi. Sragen merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam Propinsi Jawa Tengah. Jadi untuk berlatih tenis saja, Kartika Isna harus pergi lintas kabupaten dan lintas propinsi (seperti bus Sumber Kencono).
Ketika ditanya kenapa tidak menggunakan lapangan tenis di Ngawi, bukankah Ngawi juga mempunyai lapangan tenis, misalnya di Alun-alun. Dijawabnya bahwa lapangan tenis di Ngawi hanya diperuntukkan bagi para pejabat. Wallahu a’lam, benar tidaknya jawaban Kartika Isna saya tidak tahu pasti. Bagaimana ini Kepala Dispora Ngawi?
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya