Olok-olok Orangutan

Rabu, 03 Mei 2017

Di tajuk hutan hujan Sumatra, tulis Mel White dalam National Geographic Indonesia, mawas jantan besar yang dinamai Sitogos melompat ke sebatang punggu, dan dengan menggunakan seluruh bobotnya yang 90 kilogram, mengoyang-goyangnya sampai pangkalnya berderak patah. Lalu Sitogos melompat ke dahan di dekatnya, sementara punggur itu berdebam keras.  Orangutan sering melakukan hal ini saat marah. Dengan merentangkan kedua tangan yang mencapai dua meter, Sitogos berayun di atas hutan.

Seekor betina muda, Tiur, mengikuti setiap gerakannya, mendekat setiap kali Sitogos berhenti. Betina yang lebih kecil dan lebih lemah itu terus mengekor ke sana kemari, kendati sang jantan tampaknya acuh tak acuh. Keduanya berbaring di satu dahan. Baru-baru ini, Sitogos mengalami perubahan luar biasa. Selama bertahun-tahun sebelumnya, perawakannya tidak jauh berbeda dengan Tiur. Kemudian, saat testosteron memenuhi tubuhnya, ototnya bertambah besar, bulunya bertambah panjang, dan tumbuh bantalan pipi serta kantong suara besar yang memperkuat teriakannya. Kini Sitogos menikmati kesenangan di atas tajuk hutan, karena adanya perhatian setia Tiur dan peluang untuk kawin.

Dari referensi Wikipedia disebutkan, orangutan adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang hidup di hutan tropika. Mereka memiliki tubuh yang gemuk, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor. Hewan yang memiliki nama lain mawas ini memiliki tinggi badan sekitar 1,25-1,5 meter. Istilah orangutan sendiri diambil dari kata dalam bahasa Melayu, yaitu orang yang berarti manusia dan utan yang berarti hutan.

Yang unik adalah orangutan memiliki kekerabatan dekat dengan manusia, di mana orangutan memiliki tingkat kesamaan DNA sebesar 96.4%. Mereka mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba. Telapak tangan mereka mempunyai empat jari-jari panjang ditambah satu ibu jari. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia.


Gegara olok-olok “orangutan”, muncul ucapan rasis di Italia, negara yang terkenal dengan sepakbolanya. Namun kali ini isu rasialisme tak menghantui dunia sepakbola, namun dunia politik. Sebagaimana diberitakan oleh KBR68H dalam situsnya, politisi senior Italia mendapat kecaman setelah komentarnya yang menjuluki menteri kulit hitam pertama Italia mirip orangutan. Roberto Calderoli, wakil presiden dari Senat yang juga anggota Partai Northern League, membuat pernyataan tentang menteri imigrasi, Cecile Kyenge pada rapat umum partai. “Ketika saya melihat gambar Kyenge, saya melihat ada kemiripan dengan orangutan,” katanya.

Pernyataan tersebut langsung mendapat kecaman luas, bahkan media internasional. Tuntutan mundur disuarakan publik atas ucapan yang dianggap rasis tersebut. Perdana Menteri Enrico Letta menyayangkan pernyataan yang dianggapnya “tidak dapat diterima” dan “melampaui setiap batas”.

Menanggapi kecaman tersebut, Calderi berdalih tak bermaksud menyinggung Kyenge. Dia juga mengaku langsung meminta maaf atas komentarnya tersebut. “Saya baru saja berbicara dengan menteri Kyenge dan saya meminta maaf. Saya tidak bermaksud menyinggung. Komentar saya dibuat dalam pidato politik yang lebih luas untuk mengkritik menteri dan kebijakannya,” katanya.

Kyenge adalah seorang dokter kelahiran Kongo yang telah tinggal di Italia sejak tahun 1983 dan menjadi menteri pada bulan April 2013. Dia menolak untuk mengomentari pernyataan Calderoli. Kyenge berkampanye untuk para imigran agar mendapatkan kewarganegaraan, dan dia mendukung undang-undang yang secara otomatis akan membuat siapa pun yang lahir di tanah Italia memiliki status kewarganegaraan.

Gegara olok-olok “orangutan” pula, seorang pembawa acara televisi Amerika Serikat digugat. Tapi sesungguhnya, Bill Maher, pembawa acara itu, jengah dengan kata-kata Donal Trump terhadap Presiden Barack Obama. Trump, orang kaya yang ingin menjadi presiden, menuduh Obama tidak lahir di Amerika sehingga dianggap tidak sah menjadi Presiden. Ia menantang Obama untuk menunjukkan akte kelahirannya dan bila ada ia bersedia membayar 5 juta dolar. Ternyata Obama sanggup menunjukkan. Semakin menjadi-jadi, Trump meminta traskrip nilai kuliah untuk mengetahui apakah Obama benar-benar pintar atau tidak. Trump ingin menyimpulkan, orang kulit hitam pasti tak cerdas.

Olokan Trump mendapatkan karmanya. Ejekan Trump dibalas oleh Bill Maher dalam acara komedi di televisi. Dengan usilnya Maher berkata, “Saya akan menyumbang uang saya 5 juta dolar ke yayasan sosial yang ditunjuk oleh Donald Trump kalau dia bisa membuktikan bahwa dia bukan keturunan orangutan. Bagaimana kita bisa tahu kalau ibunya tidak menyelinap malam-malam ke kebun binatang di Bronx dan berhubungan sex dengan orangutan? Itulah. Trump harus membuktikan bahwa dia bukan keturunan orangutan.”

Mulut usil Maher, di luar dugaannya, mendapatkan reaksi keras. Trump benar-benar menunjukkan akte kelahirannya. Maher terus menggorengnya. Trump, melalui pengacaranya, mengajukan somasi kepada Maher. “Itulah mengapa saya katakan orang ini tidak cerdas,” ujar Maher di televisi. Guyonan komedian ternyata dibalas dengan arogan dan serius, bahkan memakai pengacara. 

Sosok Trump sendiri memang kontroversial. Konon ia pernah menawarkan Presiden Barack Obama untuk main golf secara gratis seumur hidup di salah satu lapangan golf miliknya. Syaratnya? Obama harus mengundurkan diri sebagai presiden. Penawaran yang mustahil. Banyak yang menganggapnya sebagai lelucon ketika Trump mengumumkan pencalonannya sebagai presiden pada tahun 2015. Orang pun menilai Trump tidak mungkin bisa menjadi presiden karena cara bicaranya kasar dan tidak punya sopan santun.

R. William Liddle, Profesor Emeritus Ilmu Politik Ohio State University bahkan memprediksi bahwa Trump sama sekali tak ada harapan untuk menang dalam pemilihan umum. Jangankan menang sebagai presiden, untuk menjadi capres dari Partai Republik pun peluangnya tipis. Selama ini, Partai Republik menjunjung tiga prinsip pokok: kebebasan individu dalam ekonomi, konservatisme sosial terutama tentang agama, serta pertahanan nasional yang kuat. Bagi para pemimpin Republik, Trump sudah membuktikan bahwa ia tak menganut prinsip-prinsip itu secara konsisten.

Kenyataannya? Trump menang sebagai capres dari Partai Republik. Dan akhirnya menang sebagai presiden Amerika mencundangi Hillary. Trump melenggang menuju gedung putih, menjadi presiden tertua dalam sejarah Amerika. Tetapi, kemenangannya disambut unjuk rasa di mana-mana. Bahkan jajak pendapat menunjukkan sebagian besar rakyat tidak senang Trump menjadi presiden. The Washington Post/ABC News merilis, hanya 40 persen responden yang menyatakan senang. Sebagai perbandingan, saat Obama mengawali hari pertamanya masuk gedung putih, pada tahun 2009, sebanyak 79 persen responden menyatakan senang. Inilah kali pertama, setidaknya dalam empat dekade terakhir, Amerika memiliki pemimpin yang sangat tidak populer.

Namun sekarang, setelah menjadi presiden Amerika empat tahun ke depan, barangkali Trump akan mengatakan, “Apa gunanya popularitas, toh di masa kampanye berbagai jajak pendapat mengunggulkan Hillary Clinton. Tapi, bagaimana kenyataannya? Siapa pemenangnya?” Mau tidak mau, suka tidak suka, itulah hasil demokrasi. Rakyat Amerika telah memilih pemimpinnya.

Lima belas bulan sebelum dilantik menjadi presiden, Trump menghelat sebuah konferensi pers politik. Konferensi pers ini berlangsung setelah Trump melakukan sumpah kesetiaan untuk menjadi kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik. Perlu Anda ketahui, dalam acara tersebut Trump kedatangan tamu dari negara habitat orangutan berada. Tamu tersebut adalah politisi yang menjadi Ketua DPR, lengser, kemudian lagi-lagi menjadi Ketua DPR. Kini, namanya terseret pusaran korupsi e-KTP senilai triliunan rupiah. Sitogos dan Si Tiur di belantara Kalimantan pun meringis.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya

 

Label

kepegawaian (171) coretan (126) serba-serbi (86) saat kuliah (71) oase (68) pustaka (62) keluarga (58) tentang ngawi (58) hukum (49) peraturan (46) tentang madiun (37) album (26) konsultasi (20) tentang jogja (17)