Berebut Peluang Kerja

Minggu, 21 Oktober 2012

http://www.ugm.ac.id
Sabtu pagi itu saat berangkat kuliah, seperti biasanya menyusuri Jalan Kaliurang dengan sepeda. Agak lengang karena sebagian besar kegiatan perkuliahan di hari Sabtu diliburkan. Melewati Graha Sabha Pramana (GSP) dari sisi barat, saya lihat sepertinya akan ada acara di dalam. Di beberapa sudut juga terpasang umbul-umbul. Saya agak kesulitan membaca karena letaknya agak jauh. Gedung GSP ini tentunya membawa kesan mendalam bagi saya. Karena di situlah dulu saya diwisuda bersama ribuan lulusan UGM.

Sore hari seusai kuliah, perjalanan pulang menuju kos melewati GSP lagi. Kali ini saya melewati sisi sebelah timur. Kendaraan, motor dan mobil masih banyak terparkir. Rombongan orang tampak bergerombol di beberapa bagian gedung. Saya menduga-duga, sepertinya ada bursa kerja di dalam gedung. Saya membayangkan kenangan beberapa tahun silam.

Delapan tahun yang lalu, saya menjadi bagian dari mereka. Menjadi pencari kerja, berebut peluang mencari penghidupan, selepas bertahun-tahun lelah menuntut ilmu. Beberapa saat setelah diwisuda memang ada bursa kerja. Tempatnya juga di GSP. Persis seperti hari ini. Entah karena apa ya (saya lupa), meskipun datang dan melihat-lihat, waktu itu saya tak mengirimkan aplikasi lamaran. Mungkin saya tak masuk dalam kualifikasi yang dibutuhkan perusahaaan.

Beruntung UGM termasuk kampus yang diperhitungkan oleh banyak perusahaan. Di antara itu ada beberapa perusahaan melakukan rekrutmen langsung di kampus. Ini sungguh menguntungkan, karena pertama, kami tidak perlu mengeluarkan biaya dan tenaga untuk mendatangi lokasi perusahaan mereka. Mereka sendiri yang menjemput bola. Dan kedua, persaingan dipersempit hanya untuk internal alumni UGM saja. Sehingga peluang lebih besar.

Saya pernah mengikuti sosialisasi yang dilakukan oleh Goodyear, perusahaan ban. Saat itu tempatnya di UC (University Center), gratis. Cuma sayang saya tak tahu kalau hari itu juga pelamar harus menyerahkan aplikasinya. Saya sendiri waktu itu belum sempat membawa berkas-berkas. Akhirnya kesempatan itu pun lepas.

Saya juga pernah mengikuti seleksi Astra. Waktu itu tempatnya di Fakultas Teknik. Beberapa teman satu fakultas juga ikut. Namun baru psikotes saja saya sudah gagal, hehehe.... ini tes pertama saya berburu kerja. Selanjutnya ada seleksi dari perusahaan tambang yang berlokasi di Kalimantan. Sama juga, baru psikotes sudah gagal.

Waktu itu, gedung rektorat sayap selatan menjadi tempat favorit saya dalam mencari informasi kerja, mungkin juga bagi ratusan alumni yang lain. Di sana ada papan informasi yang menempelkan info lowongan kerja. Setiap pekan pasti saya sempatkan untuk sekadar melongok. Tapi sayang tidak setiap pekan ada informasi baru. Kalaupun ada seringnya yang dibutuhkan adalah yang berpengalaman.

Hari Sabtu juga menjadi hari favorit, maksudnya pada hari itulah saya membeli koran, terutama Kompas atau Jawa Pos. Kedua koran itu banyak menampilkan iklan lowongan kerja di halaman-halamannya pada hari Sabtu. Berbekal itulah saya kirimkan lamaran. Beberapa ditanggapi namun banyak pula yang tanpa kabar hingga sekarang (ya iya lah, lha wong sudah 8 tahun yang lalu). Tapi sering kali sedih rasanya, yang paling banyak dibutuhkan adalah yang sudah berpengalaman.

Kadang hati ini teriris, pedih, begitu susahnya mencari kerja. Saya benar-benar menghayati lagunya Iwan Fals, “Sarjana Muda”. Kalau ingat itu saya menangis dalam hati memikirkan ibu di rumah. Anakmu masih jadi pengangguran, Bu.

Delapan tahun berselang, saya kembali ke kampus almamater. Tentu bukan lagi sebagai pengangguran. Tak terbayangkan sebelumnya saat di bangku kuliah, menjadi seorang birokrat. Allah begitu baiknya kepada saya. Tanpa suap, tanpa sogok, tanpa tipu-tipu, tanpa koneksi pada pejabat, tanpa bantuan dukun saya diterima sebagai pegawai negeri. Baru kali itu saya mengikuti seleksi, dan langsung lulus. Tahun itu juga seusai diwisuda, saya menjadi PNS.

Dan kembali lagi saya harus mengatakan bahwa Allah begitu baiknya kepada saya, meskipun jatuh bangun berulang kali menjalani seleksi, akhirnya kesempatan mendapatkan beasiswa S2 pun datang. Kini saya kembali ke kampus, yang dulu kami banggakan sebagai kampus kerakyatan, kampus ndeso. Ya, belajar lagi. Ya, menuntut ilmu lagi. Ya, berjibaku lagi menuntaskan tugas. Ya, mengayuh sepeda lagi setiap hari menyambangi kampus biru.  Untuk negeri tercinta.

Ayunan kayuh sepeda terus bergerak, putaran roda benda besi itu belum berhenti berputar. Mengiringi lelah nafas memburu waktu. Pundak ini begitu berat menahan beban tumpukan diktat dan buku. Sekuat tenaga saya pacu agar segera sampai di kos. Azan Asar telah berkumandang, saya merindukan saat-saat bersimpuh bersujud, setelah seharian memanaskan otak sembari menyaringkan lidah. Dan, di atas sana mendung tebal telah bergelayut. Gerimis kecil berkejaran menerpa wajah saya. Saya harus bergegas, sebelum hujan semakin deras.

Kawan, yang sedang berburu kerja, semoga kalian memperoleh yang terbaik yang kalian cita-citakan. Dan, jangan lupa, sejatinya Allah begitu baik kepada kita. Maka, beryukurlah.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya

 

Label

kepegawaian (171) coretan (126) serba-serbi (86) saat kuliah (71) oase (68) pustaka (62) keluarga (58) tentang ngawi (58) hukum (49) peraturan (46) tentang madiun (37) album (26) konsultasi (20) tentang jogja (17)