Sudah sekitar 2 minggu ini saya tidak menulis. Waktu yang lama semenjak Bulan Juni tahun kemarin saya mempunyai blog dan aktif menulis serta menayangkan tulisan-tulisan itu di halaman blog pribadi. Sudah 2 minggu ini kami sekeluarga sakit, bahkan hingga sekarang. Namun sebenarnya penyebab utama bukan karena itu. Entah kenapa rasa itu muncul kembali. Rasa malas. Dulu hal ini pernah saya alami saat masih kuliah di kota Jogja. Selain aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan saya juga meluangkan waktu untuk membuat artikel. Selain untuk konsumsi pribadi sebagian untuk kebutuhan organisasi yang saya ikuti. Di antara melalui mading, buletin, jurnal, opini di internet, ada juga yang di media nasional.
Saat itu jika rasa malas datang melanda biasanya saya akan pergi ke toko buku. Pilihan saya ada dua, yakni Toga Mas yang di Jalan Gejayan itu (dekat Ring Road Utara) atau di Social Agency di Jalan Solo-Jogja dekat IAIN Suka (sekarang UIN Sunan Kalijaga). Kadang-kadang ke Tiga Serangkai atau Shoping Center dekat Malioboro (konon sekarang sudah berubah menjadi Taman Pintar). Saya bisa meluangkan waktu berjam-jam di toko buku hingga akhirnya membeli beberapa buku. Toko sudah hampir tutup, beberapa lampu sudah mulai dipadamkan. Entah, rasanya ada kenikmatan yang luar biasa berada di deretan rak yang berisi ribuan buku itu. Membaca-baca judul buku. Melihat sekilas isi buku. Melihat biografi sang penulis. Dan bermimpi suatu saat nama saya pun tercantum dalam deretan penulis buku.
Tapi di sini. Di kota sekecil Ngawi ini. Kemanakah saya akan pergi menghilangkan kemalasan menulis ini. Tak ada Toga Mas, Social Agency, Tiga Serangkai, Gramedia. Yang ada beberapa toko buku yang menjual alat tulis dan buku-buku pelajaran. Ada satu toko buku di pojok jalan menuju Paron, toko buku Madani. Toko ini milik Pak Maryoto, satu almamater dengan saya di UGM, hanya beda fakultas. Namun tokonya kecil, apalagi buku-bukunya kebanyakan disegel. Tak bisa bebas melihat-lihat buku meskipun tidak ada niat untuk membeli.
Di Madiun sebenarnya sudah mulai muncul beberapa toko buku besar. Saya beberapa kali ke sana. Toga Mas di dekat Stadion Wilis. Kemudian Gramedia di Matahari Jalan Pahlawan. Di pasaraya Sri Ratu dan Timbul Jaya Plaza juga ada toko buku. Namun untuk ke sana perjalanan cukup jauh dan melelahkan.
Namun bagaimanapun rasa malas ini harus dilenyapkan. Keberadaaanya sebenarnya wajar. Menjadi tidak wajar jika terus-menerus dibiarkan. Rasa malas biasanya dikaitkan dengan mood. Ketika mood-nya sedang tidak bagus maka ia dalam kondisi sulit membuat tulisan. Namun menurut Bang Fauzil Adhim, seorang penulis dari Jogja, beliau justru menulis ketika dalam kondisi mood yang tidak bagus. Tidak jarang saat itu justru ia menghasilkan banyak karya.
Kalau ide, Alhamdulillah, sebenarnya belum pernah kering dari otak. Namun rasa malas untuk menulis itu yang menjadi soal. Yang diperlukan adalah perjuangan. Mari sekarang kita lawan. Tulis saja apa yang mau kita tulis. Terserah orang berkata apa. Belum tentu orang yang menilai kita bisa membuat apa kita buat. Namun yang penting apa yang dinilai untuk kita menjadi cambuk penyemangat.
Waktu 2 minggu yang kosong melompong tanpa membuat sebuah karya, anggap saja waktu jeda. Waktu istirahat, namun sejenak saja. Kalau ada yang menganggap kemunduran, anggap saja mundurnya itu seperti hendak melontarkan peluru dari ketapel. Kalau tidak mundur tidak bisa jauh mengenai sasaran.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya