Kali ini ia kami masukkan ke Play Grup Harapan Ummat (Harum). Lokasinya cukup jauh juga dari rumah, perjalanan naik motor kira-kira memakan waktu 15 menit. Dua hari pertama saya dan umminya mengantar, kemudian umminya menunggu sampai ia pulang sekitar pukul 09.00. Namun pada hari berikutnya ia tidak ditunggui, saya hanya mengantar ke sekolah kemudian saya tinggal, nanti pas waktunya pulang saya jemput kembali. Di samping saya harus bekerja di kantor dan umminya masih mengurus putri terkecil kami yang masih berumur 7 bulan, kami berharap ia bisa belajar mandiri.
Ketika ditinggal pun ia tidak menangis. Namun gurunya pernah bercerita bahwa Fauzan menangis ketika di sekolah. Gara-garanya ia tidak bisa memakai kaos kaki dan sepatu. Sebenarnya kami sudah bilang kepada Fauzan, tidak usah pakai sepatu juga tidak apa-apa kalau ke sekolah, pakai sandal saja, toh nanti pas masuk di dalam kelas, sepatu maupun sandal juga dilepas. Namun anaknya bersikeras, bahwa yang namanya sekolah itu berarti harus memakai sepatu komplet dengan kaos kakinya, dan tak lupa membawa tas.
Selain itu Fauzan mempunyai satu kebiasaan, jika memakai baju atau kaos harus dimasukkan, tidak peduli pantas atau tidak pantas. Misalnya baju koko atau baju batik yang pantasnya dikeluarkan, ia meminta untuk dimasukkan. Nah di sekolah pun juga sama. Dari sekolah ia mendapatkan baju seragam berupa baju koko. Ia pun bersikeras agar baju itu dimasukkan.
Yah begitulah sekelumit tentang Fauzan, anak pertama kami. Semoga ia bisa melahirkan prestasi untuk negeri ini, membawa kemanfaatan pada setiap orang, dan mengharumkan umat, seperti nama sekolahnya, HARUM.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya