Tradisi ilmiah bukanlah sekedar kebiasaan-kebiasaan ilmiah yang baik, tapi lebih merupakan standar mutu yang menjelaskan kepada kita di perangkat mana peradaban suatu bangsa atau komunitas itu berada. Tradisi ilmiah bukanlah gambaran dari suatu kondisi permanen. Namun, lebih mengacu kepada suatu proses yang dinamis dan berkembang secara berkesinambungan. Salah satu ciri tradisi ilmiah adalah gemar membaca dan secara sadar menyediakan waktu khusus untuk itu. Kalimat cerdas di atas adalah ungkapan dari seorang Anis Matta di buku Menikmati Demokrasi.
Untuk memberikan pencerahan pemikiran kepada masyarakat Ngawi, maka diadakan Pesta Buku Untuk Rakyat. Acara yang digelar di Paseban Alun-alun sebelah barat (depan Masjid Agung) ini berlangsung hingga tanggal 26 Juli 2010. Ratusan, bahkan mungkin ribuan buku yang dijual meliputi buku agama, ketrampilan, komputer, biografi, pelajaran sekolah, hukum, politik, manajemen, novel, dan lain-lain. Antusias masyarakat pun sangat tinggi. Secara pribadi saya sangat salut dengan adanya acara ini. Selama ini belum pernah saya temui acara pameran buku untuk kota sekecil Ngawi. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa menjadi agenda rutin tahunan.
Dengan adanya fasilitas ini, diharapkan masyarakat menjadikan membaca sebagai kultur kesehariannya, karena membaca adalah instrumen utama tradisi ilmiah. Dan, jika kita ingin mengokohkan tradisi ilmiah kita, sudah saatnya kita berhenti membaca apa yang kita senangi. Beralihlah untuk membaca apa yang seharusnya kita baca. Buku adalah jendela dunia, dan cara membukanya adalah dengan membacanya. Membangun sebuah tradisi ilmiah yang kokoh tentu saja membutuhkan kesungguhan dan keseriusan serta kesabaran yang melelahkan.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya