Pohon Terakhir

Rabu, 05 Januari 2011

2 pohon di depan rumah kosong seberang jalan rumah saya merupakan pohon terakhir yang ditebang. Pohon itu merupakan peninggalan developer perumahan. Karena rumah kosong itu akan dihuni minggu depan, oleh calon penghuninya pohon-pohon itu pun ditebang. Tak akan lagi terdengar cicit bunyi burung di pagi hari. Pun tak ada lagi anak-anak kecil yang berebut mencari buah talok. Siang hari terasa kian panas. Kamar saya yang berada di depan langsung terkena dampaknya, jadi terang benderang.

Beberapa bulan yang lalu warga se-RT  bekerja bhakti menebangi pohon talok dan mahoni yang ditanam oleh developer perumahan. Hal itu sudah menjadi keputusan RT dalam arisan rutin bulanan sebagai bentuk protes kepada developer. Dalam arisan itu memang mencuat beberapa persoalan salah satunya tentang pohon. Rasan-rasan beberapa warga, kami sebagai penghuni yang kena imbas dari pohon, namun kelak yang memetik hasil (kayu) adalah developer. Warga bersusah payah tiap hari membersihkan sampah daun di jalanan depan rumah. Seringkali pula rumah kemasukan ulat-ulat yang berasal dari pohon. Tak jarang akar pohon merusak selokan dan tembok rumah. Belum lagi tingginya pohon menjulang mengenai kabel listrik.

Akhirnya diputuskan untuk menebang pohon-pohon. Sebagai gantinya warga menanam depan rumahnya dengan jambu, belimbing, pepaya, dan mangga. Memang sih di awal-awalnya suhu di perumahan agak panas, namun mudah-mudahan tanaman pengganti itu segera besar dan berbuah. Belimbing di depan rumah saya meskipun belum genap setahun namun sudah berbuah. Padahal tinggi pohonnya hanya semeter. Di samping pohon belimbing saya tanam pohon mangga, namun pertumbuhannya lambat. Di samping rumah selain mangga saya juga menanam pisang. Dulu saya pernah menanam pepaya. Setelah beberapa kali berbuah saya tebang pohonnya.

Saya kurang begitu tahu pasti kenapa sebagian warga menganggap developer kurang peduli dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial perumahan. Yang saya tahu memang tidak ada taman bermain untuk anak-anak. Fasilitas sekolah (PAUD) dan lapangan volley didirikan oleh warga sendiri. Developer menghibahkan satu kapling tanah untuk masjid, namun pembangunannya diurusi oleh warga. Benar tidaknya saya kurang tahu. Yang pasti saya tahu, Pak Karno tetangga sebelah saya pernah bersitegang dengan developer. Menuduh developer tidak punya perencanaan matang membangun perumahan. Gara-garanya adanya pembangunan rumah-rumah di belakang rumah kami. Rumah pas di belakang Pak Karno septi tank WC-nya dibangun di belakang, padahal di rumah Pak Karno ada sumur yang letaknya di belakang juga. Otomatis antara septi tank WC dan sumur tersebut bersebelahan.    

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentarnya

 

Label

kepegawaian (171) coretan (126) serba-serbi (86) saat kuliah (71) oase (68) pustaka (62) keluarga (58) tentang ngawi (58) hukum (49) peraturan (46) tentang madiun (37) album (26) konsultasi (20) tentang jogja (17)