Kalau tak ada aral melintang seharusnya kemarin malam ada pertemuan alumni UGM. Semenjak saya lulus kuliah kemudian kembali ke kota asal, yakni Madiun, dan sekarang tinggal di Ngawi, baru kali ini saya mendengar ada pertemuan Kagama (Keluarga Alumni Gadjah Mada). Namun sayang tidak ada nama saya dalam undangan. Heran juga. Padahal dulu waktu tahun 2007 saya pernah membuat daftar alumni yang bekerja sebagai PNS di pemda.
Teman kantor yang kebetulan S2-nya di UGM mendapatkan undangan. Katanya di undangan harap memberitahu kepada yang lain kalau ada pertemuan itu. Pikir saya, ya sudah saya sudah tahu soalnya saya diberitahu.Cukup itu kan simpel saja. Mutung ya Mas? Ah nggak, biasa saja. Kartu Kagama saya ternyata tidak terpakai.
Namun yang jelas saya bangga pernah menjadi bagian dari UGM, kampus tertua dan terbesar negeri ini. Kampus yang mencetak beribu-ribu sarjana, master, dan doktor. Menjadi mahasiswa UGM saja bagi saya sudah melebihi ekspektasi. Dengan persaingan ketat melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) mengalahkan peserta lain. Ini merupakan sebagian anugerah terindah yang pernah saya miliki.
Husnuzon saja deh. Mungkin ini diperuntukkan bagi alumni yang sudah sukses, misalnya dokter, notaris, pengusaha, anggota dewan, pejabat pemerintahan. Pak Bupati dan Pak Sekda mungkin juga ada, sebab keduanya termasuk alumni. Tapi yang baru jadi pegawai juga ada tuh, kata teman. Wooo mungkin spesial bagi yang berasal dari Ngawi, soalnya saya kan asli Madiun. Tapi Mas, ada juga yang tidak asli Ngawi lho, kata teman yang lain. Ehm begini, yang bikin daftar itu pinter, dia tahu siapa-siapa yang bakal tidak datang meskipun dikasih undangan. Hehehe...itu memang niat saya.
Tahu tidak Saudara-saudara acara malam itu. Ikuti reportase yang dibawakan oleh salah satu peserta yang mampir pagi-pagi di facebook saya:
”Bujubuneng...ampun dah ikut pertemuan kagama.yang ikutan pejabat2 sama dokter2 yang secara dah tajir2..
Masak baru pertama kali ikutan langsung ditodong arisan 210ribu.mana kmrn cuman bawa duit 100ribu di dompet.walhasil sms suami minta dikirimin duit..wkwkwkwk
mana arisan ga pernah dilot.siapa yang butuh dia yang minta untuk dapet arisan.pertemuan berikutnya jadi tuan rumah dgn menu n souvenir yang ampyuuuunnn.smalem anak2 baru pada mati kutu..hahahaha
ayooooo semua pada ikyutan.kita reform kagama ngawi biar lebih merakyat...;) ”
Kwa...kwa...kwa... Jujur saya tertawa terpingkal-pingkal. Inilah barangkali hikmah husnuzon. Selalu ada balasan bagi orang yang berbaik sangka tadi (ehm...). Terima kasih Allah, Engkau masih sayang kepadaku (tepatnya kepada isi dompetku).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya