Dari Pasar Besar Madiun ke arah timur akan kita temui Stadion Wilis. Kenapa menggunakan nama ”Wilis” barangkali karena Kota Madiun dekat dengan Gunung Wilis. Pasca perbaikan, Stadion Wilis semakin cantik, bahkan pernah dijadikan base camp Persebkapas, salah satu peserta kompetisi liga nasional. Persebkapas ini berasal dari Kabupaten Pasuruan. Klub asli dari Madiun namanya PSM.
Dulu saat masih SMA, stadion ini menjadi tempat kami olahraga saat pelajaran penjas. Letak SMA saya, yakni SMA 3 Madiun yang ada di Jalan Suhud Nosingo, memang tidak jauh. Lokasinya di sebelah selatan stadion. Banyak sekolah yang menggunakan stadion untuk pelajaran olahraga karena di sekitarnya merupakan kompleks sekolah mulai TK hingga SMA. Selain SMA 3 biasanya yang menggunakan stadion adalah SMA 5, SMA Cokro, SMA Taman Bhakti, SMEA 1, SMKK, dan SMP 4. SMA 2 dan STM 1 meskipun lokasinya jauh namun kerap menggunakan stadion. Bisa dibayangkan jika satu lapangan bola dipakai untuk bermain bola beberapa sekolah, padahal masing-masing sekolah pada jam yang sama ada 3 sampai 4 kelas pelajaran olahraga. Seperti bermain bola massal, dengan jumlah bola yang banyak.
Tahun 1990-an itu kondisi stadion masih kumuh, kurang terawat, tembok-temboknya penuh coretan dengan cat. Kamar mandinya hanya dua dengan bau yang luar biasa pesing. Tribunnya cuma satu berada di sisi barat. Jika malam hari lingkungan sekitar stadion sangat gelap. Banyak gelandangan yang mangkal di sana. Di sebelah utara stadion ada sebuah jalan kecil, yang memisahkan stadion dengan GOR (Gedung Olahraga). Tempat itu biasa menjadi tempat mangkal para waria dan PSK menjajakan diri saat malam hari. Saya pernah sekali melewati jalan itu saat malam hari naik sepeda dibonceng teman saya. Benar saja di sepanjang jalan seperti pasar, banyak manusia mejeng di sana. Segera saja kami cepat-cepat mengayuh sepeda, khawatir diajak kencan, hehehe...
Sepertinya tempat itu ilegal karena beberapa kali petugas melakukan razia. Saya pernah melihat seorang waria di malam hari berlari sekuat tenaga dikejar petugas. Petugas tampat kesulitan menangkap. Maklum sama-sama lelaki sehingga tenaganya tidak beda jauh. Untunglah lokalisasi itu sekarang sudah lenyap.
Stadion dulu juga menjadi start karnaval 17-an setiap tahun. Ratusan orang dari perkantoran, sekolah, karang taruna, klub olahraga, kelompok kesenian, perguruan silat tumplek blek berkumpul di dalam stadion menunggu jadwal pemberangktan karnaval. Tak jarang di sana juga terjadi tawur masal antar perguruan silat, terutama antara SH Terate dan SH Winongo. Saya sempat 2 kali mengikuti karnaval dan sempat menyaksikan perang batu di stadion. Tahun 1997 saat saya meninggalkan Kota Madiun untuk kuliah di luar kota kabarnya kegiatan karnaval dihentikan.
Sekarang Stadion Wilis berbeda dengan kondisi dahulu. Kini sekarang cantik, bahkan sering dipakai untuk ajang bersifat nasional. Di luarnya ada toko-toko. Di halamannya sering dipakai untuk acara festival musik maupun promosi usaha. Para penjual bunga yang dulu ada di sekitar stadion sekarang dikumpulkan jadi satu menjadi sentra penjualan bunga di sebelah barat stadion. Tampak indah seperti taman bunga di sepanjang jalannya. Di sebelah utara stadion juga sudah ada GOR yang sangat bagus.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya