Malam itu kubonceng motor istri yang masih sesekali mengerang kesakitan. Tas yang biasa digunakan untuk bepergian kutaruh di bawah setir. Hawa dingin tak kami pedulikan, jalanan sepi, beberapa kendaraan satu dua lewat di jalanan. Hanya satu tujuan kami, bidan. Jarum jam bergerak menuju angka 12 malam. Kami masih sangsi adakah beliau di rumah. Atau kalaupun ada kemungkinan besar sudah pulas dalam mimpinya. Tak sampai setengah jam kami lewati, dan kami pun tiba di depan gerbang rumahnya. Sepi, tutup. Tiga kali bel berbunyi tak kuasa membangunkan penghuni.
Tak kurang akal, kubangunkan Mas Samsul, teman kantor yang kebetulan rumahnya di samping rumah Bidan. Istrirahat sejenak di rumahnya. Beberapa kali bel kami bunyikan akhirnya pintu dibukakan. Kami sampaikan maksud kedatangan kami. Mas Samsul dan istrinya pun pamit pulang. Setelah diperiksa bidan sepertinya belum akan lahir malam ini. Kami disuruh istirahat di kamar. Sepanjang malam itu kami tak bisa tidur. Senantiasa terjaga, kucoba memejamkan mata tak bisa, beberapa ekor nyamuk membisingkan ruangan. Sesekali terdengar rintihan sakit istri.
Azan subuh bergema. Bersamaan dengan erangan istri yang semakin mengeras. Setelah menunaikan salah satu kewajiban ibadah pagi itu kubangunkan bidan dan perawatnya. Eksekusi akan segera dimulai. Peralatan dipersiapkan. Alhamdulillah hampir satu jam kemudian proses berakhir. Sekali lagi, dalam perjalanan usia ini kutatap dengan mata kepala sendiri keluarnya anak kami dari perut bundanya. Menyaksikan langsung perjuangan seorang wanita mempertaruhkan nyawanya berdarah-darah dalam persalinan. Ini anak kami yang kedua, seorang putri. Lengkap sudah, pasalnya anak kami yang pertama lelaki. Hilma Aufia Azzahro, tanggal 17 Desember 2010 ini genap 3 tahun usianya. Semoga menjadi anak yang sholihah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya