Di Staffordshire, seorang remaja berusia 15 tahun, Tom Wagg berhasil mengalahkan para astronom profesional setelah menemukan sebuah planet baru dengan bantuan kamera teleskop. Ia sedang bekerja magang di Universitas Keele, Inggris ketika melihat sebuah titik kecil di depan cahaya sebuah bintang yang berjarak 1.000 tahun cahaya dari Bumi. Setelah penelitian saksama selama dua tahun, para ilmuwan menetapkan bahwa titik itu adalah sebuah planet yang tengah melintasi sebuah bintang sehingga menghalangi cahaya bintang itu. Planet baru ini diyakini berukuran sebesar Jupiter, planet terbesar dalam galaksi Bima Sakti, dan mengelilingi mataharinya hanya dalam waktu dua hari.
Di Jombang, tepatnya di Dusun Joho Clumprit, Desa Sumobito, seorang gadis sepantaran dengan Tom Wagg berhasil membuat kehebohan. Bukan karena penemuan planet baru. Ineke Puspitasari, remaja 14 tahun tersebut menemukan 11 tuyul. Ia mengaku memiliki indera keenam yang mampu melihat makhluk gaib. Ditangkapnya mahkluk kasat mata itu lalu dimasukkan ke sebuah toples kaca. Menurut Pipit, panggilan si penemu tuyul, belasan tuyul yang kini terpenjara di dalam toples itu memiliki wujud yang menyerupai anak kecil dengan tinggi badan tak sampai 100 cm. Tubuh makhluk gaib yang kerap dikaitkan untuk pesugihan ini berwarna merah. Kedua telinganya seperti telinga kelelawar, matanya merah menyala seperti api, mulutnya vertikal, kakinya hanya berjari 3, kalau berjalan berjinjit.
Penemuan tuyul oleh seorang remaja ini melengkapi penemuan heboh beberapa tahun sebelumnya, yakni penemuan batu oleh seorang bocah bernama Ponari. Kebetulan keduanya sama-sama berasal dari Jombang. Batu Ponari diyakini dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Batu yang dipegang oleh Ponari cukup dicelupkan ke dalam wadah yang berisi air, maka air itupun dianggap berkhasiat. Air tersebut bisa diminum atau diusapkan ke tubuh yang sakit, begitulah metode pengobatannya, sangat simpel. Bahkan, air bekas mandi Ponari pun menjadi rebutan. Maka, berduyun-duyun ribuan orang antre berobat ke “dukun cilik” Ponari. Ponari menjadi jutawan mendadak. Namanya menjadi buah bibir seantero negeri.
Rakyat negeri ini memang menyukai hal-hal yang berbau ghaib, klenik, dan mistik. Lihat saja acara televisi yang akrab dengan tayangan sejenis. Pemirsa suka menonton seorang berjubah dan bersorban putih mendatangi tempat-tempat yang katanya angker. Kadang dia beradu kekuatan dengan “sesuatu” yang tak tampak. “Sesuatu” itu disebutkan sebagai mahkluk gaib. Ada yang konon wujudnya perempuan berambut panjang, ada yang anak kecil, ada yang orang bule yang katanya orang Belanda, ada yang harimau, ada yang kuda, ada yang cantik, ada yang menyeramkan, pokoknya macam-macam.
Di adegan lain ada korban yang meraung-raung kerasukan setan. Sang dukun berjubah pun dengan sigap mengobati. Ada pula sukarelawan yang disuruh menghabiskan waktunya bermenit-menit sendirian dalam kegelapan untuk merasakan “penampakan”. Tentunya ada imbalan uang bagi yang betah berlama-lama. Dan mirisnya, tayangan ilmu pengetahuan sepi penonton. Kalah dengan acara mistik seperti pencarian hantu dan sinetron penuh tahayul seperti orang bisa berubah menjadi serigala. Acara sarat ilmu pengetahuan sesepi pengunjung perpustakaan. Sesepi penghargaan terhadap para ilmuwan.
Saat ini kita dikejutkan dengan surat terbuka yang ditulis oleh Dr. Warsito Purwo Taruno, penemu teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) yang sekolah dari sarjana sampai doktoralnya diselesaikan di Jepang. Kecintaannya terhadap tanah air membuatnya pulang meskipun tawaran kerja di Jepang begitu menggiurkan. Membangun riset di Indonesia, Dr. Warsito akhirnya melahirkan ECVT. Itu dilakukan di sebuah ruko di Tangerang. Tahun 2006 ketika polemik tentang ECVT memanas, NASA memakainya untuk pengembangan sistem pemindaian di pesawat ulang-alik. Di Indonesia ECVT berkembang lebih banyak ke aplikasi di bidang medis.
Salah satu turunan teknologi ECVT adalah aplikasi untuk terapi kanker, ECCT (Electro Capacitive Cancer Therapy). ECVT dan ECCT jelas memberikan harapan besar untuk terapi kanker berbasis gelombang energi non radiasi. Dengan ECCT misalnya kasus yang sudah tidak ada jalan keluar sebelumnya seperti kanker di tengah batang otak atau kanker yang sudah menyebar ke seluruh tubuh masih mungkin dibersihkan. Kini, 12 tahun kemudian sejak pertama kali ECVT ditemukan, Dr. Warsito mendapat surat dari pemerintah agar menghentikan semua kegiatan pengembangan riset di Indonesia. Ia pun bertanya-tanya, “Tak ada tempat buat saya di Indonesia?”
Agaknya Dr. Warsito tidak sendiri. Adalah Ricky Elson, anak muda kelahiran Padang ini adalah seorang yang ahli dalam teknologi motor penggerak listrik. Sama seperti Dr. Warsito, Ricky menempuh pendidikan di Jepang. Ia mengambil ilmu spesifikasi Teknik Mesin di Polytechnic University of Japan. Ia selalu jadi lulusan terbaik hingga dilirik seorang profesor Jepang yang merupakan perancang motor di Nidec Corporation. Ricky pun memenuhi tawaran itu. Ricky menjadi orang yang produktif. Buktinya, enam tahun sejak bekerja di Nidec Corporation, dia berhasil menjadi andalan. Sekitar 80 persen produk perusahaan ini merupakan karya dari Ricky. Selain itu sudah belasan penemuan dihasilkannya dan dipatenkan di Jepang.
Kecerdasan si Ricky pun terdengar oleh Dahlan Iskan yang pada waktu itu menjadi Menteri BUMN. Sang menteri mengajak pulang Ricky membangun negeri Indonesia, bahkan gajinya sebagai menteri pun rela ia berikan seluruhnya. Berkaryalah Ricky di negeri sendiri, mengerjakan proyek mobil listrik. Ricky dan kawan-kawan memulai proyek ini dengan membuat mobil listrik yang memiliki desain sporty. Mobil listrik Tesla, Tucuxi, dan Selo namanya. Mobil-mobil ini pada awal kemunculannya memberikan angin segar bagi industri otomotif tanah air dari segi inovasi. Sukses, mobil-mobil listrik berhasil dibuat, bahkan turut dipakai dan dipamerkan dalam KTT APEC yang berlangsung di Bali tahun 2013.
Namun kemudian proyek mobil listrik nasional itu menghadapi hambatan, karena peraturannya tidak segera keluar. Inilah kisah sedihnya, Dahlan Iskan sang inisiator sekian bulan kemudian diperkarakan. Mobil listrik divonis tidak lolos uji emisi. Ini sebenarnya alasan yang mengada-ada sebab emisi buang mobil listrik adalah 0 g/km. Karena tidak lolos uji emisi, proyek mobil listrik dianggap sebagai pemborosan uang negara oleh aparat hukum dan dicap mobil gagal. Seusai pergantian presiden dan Dahlan Iskan tidak lagi menjadi menteri, sang mantan Menteri BUMN itu ditersangkakan. Rekan Ricky yang lain dalam proyek mobil listrik turut pula menjadi tersangka dan ditahan. Ricky resah, ia dijadikan saksi dan harus dicerca pertanyaan aparat hukum. Ia hanyalah seorang ilmuwan muda yang ingin mengabdikan hidupnya untuk kepentingan bangsanya.
Mobil listrik Indonesia yang terlantar ini akhirnya menemui akhir yang tragis setelah berbulan- bulan mengalami ketidakjelasan. Ricky Elson melalui status Facebooknya kemudian memberitahukan kepada publik bahwa ada yang tertarik terhadap proyek mobil listrik Indonesia. Pihak yang tertarik adalah negara tetangga dekat kita. Negara tersebut adalah negara M. Banyak orang yang menganggap bahwa negara M tersebut adalah Malaysia yang tertarik dikarenakan sumber daya yang mendukung untuk penelitian dan pengembangan proyek mobil listrik.
Kondisi-kondisi seperti inilah yang membuat banyak ilmuwan Indonesia enggan mengembangkan riset maupun bekerja di dalam negeri. Mereka lebih nyaman berkarya di luar negeri. Mantan Presiden Habibie, yang kepakarannya di bidang dirgantara diakui dunia, pernah mengungkapkan keprihatinannya atas banyaknya orang pintar (bukan dukun) yang bekerja di luar negeri. Mereka anak-anak muda yang berbakat. Namun Pak Habibie memaklumi pilihan mereka, yang tak lain karena kebijakan pemerintah selama ini yang lebih gemar impor produk yang sebenarnya bisa diciptakan sendiri oleh putra-putri bangsa.
Di mana pemerintah yang gembar-gembor kepada rakyatnya untuk mencintai produk dalam negeri, jika untuk membeli helikopter kepresidenan saja harus mengimpor ke negara Eropa. Padahal karya anak-anak negeri sendiri sudah dipakai oleh puluhan negara. Tragis.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya