Saat ada acara di Malang saya menginap di Wisma
Brawijaya. Wisma ini dulunya adalah Asrama Mahasiswa yang tentunya
diperuntukkan bagi para mahasiswa Universitas Brawijaya. Sedangkan
asramanya sekarang ditempatkan di sebelah utara wisma. Penampilan wisma
sudah mirip dengan hotel.
Pagi-pagi sayup-sayup
terdengar suara orang teriak-teriak. Selanjutnya saya mendengar aba-aba
serempak,”1-2-3-Teknik....!” Saya familiar dengan aba-aba ini, juga
iramanya. Benar dugaan saya, di luar di antara asrama dan Gedung
Samantha Krida, ratusan mahasiswa berbaju putih bercelana putih
melakukan senam. Aba-aba 1-2-3-Teknik itulah yang menjadi aba-aba
gerakan. Aba-aba itu pula yang dilontarkan barisan putih-putih tak
terkecuali.
13 tahun silam saya pernah menjadi bagian
dari barisan putih itu. Ya, 1997, selepas SMA saya diterima UMPTN di
Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya (yang
tak saya selesaikan, justru sarjana saya peroleh dari UGM).
Awal
perkuliahan harus menjalani dulu dengan yang namanya Probinmaba
(Program Pembinaan Mahasiswa Baru). Bahasa kerennya adalah Ospek.
Bentakan, teriakan, dorongan, hukuman menjadi hal yang biasa. Rambut
musti dipotong ala 321, maksudnya 3 cm di depan, 2 cm di tengah, dan 1
cm di belakang. Yah, pokoknya nyaris gundul.
Baju kami
putih lengan pendek, dipadu dengan celana panjang putih. Sebagai tanda
pengenal kami diwajibkan membuat keplek yang ukuran, warna, dan jenis
kertasnya telah ditentukan oleh panitia. Detail sekali, hingga ke
ukuran milimeter. Barang bawaan kami diwadahi dengan tas kresek besar
warna merah. Isinya pulpen, buku, makan, dan minum. Botol minum pun tak
boleh sembarangan, harus botol berulir ukuran 500 ml. Susah sekali saat
itu mencarinya. Sedangkan makannya kami harus membawa nasi putih dengan
lauk telur, tak boleh kurang apalagi lebih. Makanan dibungkus dengan
kertas minyak.
Selama 4 hari, dari jam 5 pagi hingga 5
petang dilalui di kampus dengan seabreg kegiatan. Mestinya, sebagaimana
lazimnya di fakultas-fakultas lain, 2 hari Ospek diadakan di internal
fakultas, sedangkan 2 hari sisanya digabung se-Uninersitas. Tapi
Fakultas Teknik (FT) menolak bergabung dengan fakultas lain. Saya tak
tahu pasti alasannya. Tapi yang jelas dalam Ospek itu memang para
panitia mendoktrin keistimewaan FT dibandingkan fakultas lain, dan
enggan bergabung dengan fakultas lain.
Pagi hari kami
lewati dengan lari-lari mengelilingi kampus sambil teriak-teriak
1-2-3-Teknik. Jika melewati barisan dari fakultas lain maka para senior
menyuruh agar teriakan semakin kencang. Barisan berbanjar tiga dimulai
dari mereka yang paling tinggi hingga yang paling pendek di barisan
belakang. Karena saya termasuk kecil bin ceking, maka saya pun kebagian
barisan belakang. Salah satu teman yang masih saya ingat di barisan
belakang adalah Fadhli, mahasiswa jurusan teknik mesin. Kelak ia
menjadi Ketua BEM Unibraw di Tahun 2000 yang dilengserkan dengan
ancaman parang karena ikut berdemo menurunkan Presiden Gus Dur. Tahu
sendiri kan Unibraw terletak di Malang. Malang menjadi bagian Jawa
Timur yang banyak pendukung fanatik Gus Dur. Saat Fadhli menjadi Ketua BEM itu, saya sudah pindah haluan ke Jogja, kota dengan gerakan mahasiswa yang lebih dinamis menurut saya.
Setelah
lari maka kami pun senam dengan iringan yang tetap sama yakni
1-2-3-Teknik. Apa ya filosofinya hitungan kok berakhir hingga angka 3,
tidak angka 8 seperti lazimnya dalam senam, atau tidak sekalian saja 9
atau 10.
Usai Ospek tidak membuat kami mahasiswa baru
terbebas dari kegiatan. Tiap Sabtu kami harus mengikuti Student Day
selama satu semester alias setengah tahun. Hampir sama dengan Ospek
tapi lebih mendalam dalam pengenalan aktivitas-aktivitas yang ada di
kampus. Misalnya pengenalan dari masing-masing UKM (Unit Kegiatan
Mahasiswa). Tiap pagi pun masih kami lewati dengan lari mengelilingi
kampus dan senam 1-2-3-Teknik. Baju kami telah berganti kaos putih,
namun celana masih tetap putih. Tas kresek merah masih tetap setia
menemani.
Seusai ujian semester pertama kami masih
harus menjalani kegiatan KKM (Kemah Kerja Mahasiswa). Bersama ratusan
mahasiswa baru sefakultas mengadakan kemah di daerah pegunungan selama
4 hari, jauh dari pemukiman penduduk. Tapi kemah ini bukan untuk
bersenang-senang, malah lebih keras perlakuan senior kepada kami para
yunior. Pagi hingga sore kami harus bekerja (jadi ingat romusha saat
kerja rodi di jaman Jepang), misalnya membuat jalan makadam, saluran
air, dan lain-lain. Sudah tubuh capek masih juga dibentak-bentak. Malam
hari pun bentakan tak pernah surut. Jatah senam 1-2-3-Teknik bertambah
menjadi pagi dan malam.
Bagi yang telah mengikuti
rangkaian kegiatan Probinmaba (Ospek, Student Day, dan KKM) akan
diberikan sertifikat. Sertifikat ini menjadi salah satu syarat
pengajuan beasiswa. Inilah alasan kenapa sebagian besar mahasiswa baru
masih setia dengan kegiatan ini, mesti capek fisik dan mental.
Maka
kemarin, saat berkesempatan berkunjung ke Unibraw, pagi hari di Hari
Sabtu mendengar aba-aba 1-2-3-Teknik seketika memori pun muncul lagi.
Saat saya jalan-jalan menikmati sejuknya udara Malang di sekeliling
kampus, saya lewati barisan putih-putih itu. Luar biasa, sama. Kaos
mereka putih, celana mereka putih, mengenakan keplek dengan ukuran
tertentu, berambut cepak bagi yang lelaki. Dan saat saya lirik lagi, di
depan masing-masing mereka teronggok tas kresek besar.
Hehehe...semangat 1-2-3-Teknik masih tertanam dari generasi ke generasi.
Kalau
mahasiswa baru itu rata-rata berusia 18 tahun, maka saat saya
ber-1-2-3-Teknik itu mereka masih berusia 5 tahun. Mungkin seusia saya
waktu pertama kalinya aba-aba 1-2-3-Teknik dilahirkan. Atau mungkin
aba-aba itu sudah lahir sebelum lahirnya diri saya di dunia. Ada yang
tahu?
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya