Agenda kegiatan ramadan di Perumnas Bumi Karangasri seperti tahun-tahun sebelumnya masih terpusat di Masjid Al Ikhlas. Sholat tarawih, kultum Subuh dan Tarawih, TPA, buka bersama, pengajian ibu-ibu, dan tadarus adalah bagian darinya. Menjelang bulan puasa anak-anak diajak pawai ke sekeliling kompleks, jalan kaki. Biasanya di malam takbir mereka juga akan digerakkan lagi untuk keliling kompleks, membawa obor, takbiran. Dan biasanya saya sekeluarga tak bisa mengikuti takbiran di rumah karena memang sudah mudik, baik ke Madiun maupun Widodaren. Takbirannya di kampung halaman.
Hingga belasan hari bulan Ramadan, jumlah jamaah tarawih masih banyak. Ruang utama masjid masih penuh dengan jamaah pria. Sedangkan teras pun masih sesak oleh kaum ibu dan remaja/anak-anak putri. Cuma saat Subuh saja jamaah banyak berkurang. Pada awalnya beberapa shaf, kini tinggal 2 shaf kurang. Ada yang cerita bahwa kaum Yahudi akan bisa dikalahkan oleh umat Islam jika jamaah Sholat Subuh sama penuhnya dengan jamaah Sholat Jumat. Allahu a’lam.
Yang juga masih banyak adalah di saat sore hari. Di saat itulah anak-anak TPA pergi mengaji ke masjid hingga berbuka puasa. Untuk takjil digilir masing-masing RT. Karena ada 6 RT maka masing-masing RT kebagian jatah 5 hari. Jatah 5 hari itu kemudian dibagi lagi menjadi kelompok yang terdiri dari beberapa keluarga. Rata-rata satu kelompok beranggotakan 5 hingga 6 keluarga. Masalah menu diserahkan ke masing-masing kelompok.
Sholat tarawih di tempat saya menganut paham 8 rekaat. Tiap 2 rekaat sekali salam. Kemudian ditambah sholat witir 3 rekaat sekali salam. Imam sholat dan petugas kultum dari warga sendiri saja, tidak ada yang dari luar. Ada sekitar belasan. Karena banyaknya imam maka sholatnya pun bervariasi. Ada yang super kilat, kilat, biasa (hehehe kayak kirim pos aja), ada juga yang pelan dengan bacaan panjang-panjang. Silakan dinikmati. Kalau di tempat istri saya imamnya hanya satu itu saja. Jadi mulai awal sampai akhir Ramadan ya cuma dia yang mimpin sholat, termasuk sholat rawatib dan sholat Jumat, bahkan juga sholat Id. Kalau di tempat saya di Madiun imamnya meskipun tidak satu tapi hanya beberapa saja, biasanya yang memang telah terjadwal sholat rawatib.
Menjelang sahur susasana tetap sepi. Tidak ada yang memberitahukan waktu sahur atau memperingatan saat imsyak. Kalau di beberapa tempat biasanya peringatan itu bersahut-sahutan melalui pengeras masjid. Cuma beberapa kali saya mendengarkan ada beberapa orang yang berkeliling membunyikan dengtur (alat-alat musik dari bambu). Itu pun tidak rutin tiap malam. Waktu kecil saya pernah ikut kegiatan ini, mengasyikan. Tidur di masjid bareng teman-teman berselimutkan kain sarung. Pukul 2 bangun cuci muka lalu berkeliling kampung membunyikan dengtur. Kalau saya cukup menabuh jerigen, sebab itu yang paling mudah dimainkan. Ada juga yang bawa kecrek, dibuat dari tutup botol. Tidak ada yang mewah dari alat-alat musik itu. Bambunya pun diambil dari pinggir kali, tapi letaknya sangat jauh dari kampung saya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya