Pria sepuh itu berujar, "Ini lho nak, anak lanangku ini mau jadi pendamping hidupmu. kamu terima apa ndak?" Dengan tersipu si gadis menjawab "Insya Allah, Pak..." Meski nyaris tak terdengar, tapi seisi ruangan itu tahu bahwa sang gadis menerima lamaran sang jejaka.
Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari penantian bagi si gadis. Menanti saat itu tiba, saat mereka bisa bersanding melewati waktu bersama. Dan saat penantian itulah saat yang sangat indah bagi si gadis. Karena selama hidupnya, baru saat itulah ia merasa benar-benar jatuh cinta pada pria yang belum genap sebulan dikenalnya. Saat itulah ia benar- benar merasakan rindu.
Dan ketika saat itu tiba.......
Pesta itu sederhana saja. Karena sang gadis sendirilah yang menyiapkan semuanya. Bundanya telah tiada. Ayahnya juga baru saja mantu kakaknya. Beruntung honornya yang enam bulan keluar seminggu sebelum hari-H.
Tak ada undangan yang dicetak indah, hanya di-print saja. Dekorasinya kaligrafi sederhana dan sedikit bunga. Gaun putihnya ia jahit sendiri. Tapi tamu yang datang melebihi perkiraan. Alhamdulillah...........
Tapi semua tak mengurangi rasa bahagianya saat bersanding dengan sang pria. Saking pemalunya, berkali-kali fotografer yang masih teman sendiri mengingatkan, "Gandengan dong, Mbak. Kan sudah sah." Si gadis tersipu-sipu. Jujur, itulah pertama kali ia menggandeng pria selain ayah dan kakaknya.
Hari - hari selanjutnya, ia harus menerima kenyataan. Si suami hanya seminggu sekali menjenguknya. Karena transportasi sulit, dan belum ada motor. Tapi justru si gadis (eh, gak lagi ya) menikmati hari-hari di mana ia bisa benar-benar kangen dengan pujaan hatinya. Alhamdulillah, dua bulan berikutnya mereka bisa beli motor cash dan ngontrak rumah dari rejeki yang sungguh tak terduga.
Tahun pertama, lahir buah cinta mereka. Laki - laki yang sekaligus menjadi cucu pertama bagi ayah si wanita (gak gadis lagi toh). Empat belas bulan berikutnya lahir adik perempuannya. Eh, ternyata Allah masih berkehendak memberinya bayi perempuan dua tahun berikutnya.
Tak terasa, tujuh tahun sudah mereka bersama. Riak-riak kecil tentu ada. Tapi sejauh ini mereka mampu bertahan menghadapinya.
Happy annyversary kang, semoga kang Wuri ingat selalu untuk menjadikan keluarga ini sebagai keluarga dakwah. Semoga Allah selalu menurunkan barokah-Nya untuk kita.
Tulisan istri saya di facebook, 25 September 2012. Pagi itu saya benar-benar lupa ulang tahun tujuh tahun pernikahan kami. Hingga akhirnya masuk sms dari istri menyadarkan. Saat ini kami terpisah jarak ribuan langkah kaki (halah... jogja-ngawi berapa kilo ya). Ada tugas negara (ceileeee...) yang harus saya tunaikan, sedangkan istri berjibaku menjaga anak-anak di rumah. Love u too, say...
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya