penelusuran di google |
Superman manusia yang hebat, tidak disangsikan lagi. Ia melebihi kemampuan aparat keamanan yang memang bertugas memberantas kejahatan. Tubuhnya kuat melebihi baja. Bisa terbang mengalahkan pesawat. Wajahnya tampan, membuat banyak wanita tergila-gila. Gemar menolong, membuat orang suka. Ia memang bukan manusia biasa. Ia manusia super. Sayang ia hanya ada di film.
Film usai, penonton pun bubar. Meski begitu cerita tentang Superman selalu diulang-ulang. Hari itu, esok hari, dan hari-hari kemudian. Kepada siapa saja, terutama kepada teman sepermainan. Saya yang masih kanak-kanak pun terobsesi tampil sepertinya. Bermain layaknya adegan film mengajak teman-teman sebaya layaknya Superman. Kebetulan ada salah seorang yang mempunyai kostum Superman. Berbaju biru bertanda huruf S di dada dan kain warna merah di belakang punggung sebagai sayapnya.
Ups, saya baru menyadari, ternyata Superman memakai celana dalam di luar. Aneh, celana warna merah yang harusnya dipakai di dalam itu (makanya dinamakan celana dalam) malah dipakai di luar. Sudah begitu pakai sabuk pula. Tapi itu sudah pakemnya, tak bisa dirubah. Beberapa teman pun cekikikan menyaksikan pemandangan lucu ini. Teman yang lain marah jagoannya ditertawakan. Tak pantas, kata meraka, seorang tokoh hero menjadi bahan tertawaan. Menertawakan Superman berarti jahat. Kalau jahat maka berarti penjahat. Permainan pun buyar karena ada kelompok yang tersinggung.
Hingga sekarang pun saya masih tidak paham kenapa Superman mengenakan celana dalam di luar. Kalau Anda perhatikan, dari setiap seri Superman pasti seperti itu. Belasan tahun kemudian berbagai seri Superman ditayangkan di televisi. Terus terang saya tak tertarik menontonnya. Selain sudah tak lagi kanak-kanak, saya menduga film ini propaganda bangsa Amerika untuk menunjukkan superioritasnya. Saya telanjur muak. Kenapa Superman tak mampu mencegah nafsu bangsanya sendiri yang suka berperang. Coba hitung berapa banyak manusia yang mati oleh senjata Amerika. Di Jepang, Korea, Vietnam, Somalia, Irak, Afghanistan, dan belahan bumi lain dengan dalih sebagai polisi dunia. Sedangkan menyaksikan kebrutalan Israel saja ia bungkam.
Superman hanya berani melawan penjahat jalanan. Kalaupun ada penjahat yang sama-sama supernya, itu lebih dikarenakan tersanderanya kekasih Superman. Maka mau tak mau ia harus melawannya. Ternyata, sejatinya Superman tidak benar-benar super. Ia punya pamrih asmara. Ia tergantung orang di belakangnya. Jalan ceritanya tergantung penulis skenario. Apik tidaknya film tergantung sutradara. Ada tiadanya anggaran tergantung produser.
Kalau diperhatikan KPK itu mirip Superman. Superman manusia super, KPK lembaga super. Keberhasilan KPK menangkap basah perilaku hakim dan jaksa yang melakukan penyuapan membuat banyak orang bersorak girang layaknya penonton film saat menyaksikan Superman menghajar penjahat jalanan.
Rakyat negeri ini telah jengah dengan perilaku korup. Karena saking akutnya maka dibentuklah KPK dengan kekuasaan yang luar biasa besar. Meski telah ada lembaga penegak hukum namun harapan publik amat besar kepada KPK. Masyarakat telanjur skeptis dengan lembaga yang telah ada dalam memberantas korupsi karena dianggap bagian dari lingkaran yang harus diputuskan. Dan KPK sukses menyenangkan hati masyarakat dengan hasil tangkapannya. Liputannya pun dibuat spektakuler oleh media.
Hingga akhirnya ada orang yang mengritisi KPK seperti anggota DPR beberapa waktu lalu. Wacana pembubaran pun ia sampaikan dalam acara resmi. Sontak publik tercengang. Tak sedikit yang marah dan mencela. Media punya peran penting membesarkan peristiwa ini, namun sayangnya tidak memberikan cukup kesempatan dan ruang bagi masyarakat untuk mengunyah sebelum menelan.
Sebagaimana menertawakan Superman yang memakai celana dalam terbalik maka dianggap sebagai bagian dari penjahat. ’Menertawakan’ KPK berarti membenci KPK. Membencinya berarti anti pemberantasan korupsi. Kesimpulan akhirnya juga sama, dianggap sebagai bagian dari penjahat. Logika yang aneh. Tak adil rasanya, kenapa tak memperdebatkan saja wacananya dengan melontarkan antitesanya. Alih-alih lahir dialektika, yang muncul malah ajang caci maki.
Berharap KPK menuntaskan kasus besar layaknya Century, mafia pajak, dan rekening gendut para jendral seperti berharap Superman menghentikan nafsu serakah perang bangsanya atau berharap bangsanya menghentikan kekejaman Israel atas Palestina yang telah terjadi sejak lama dan kasat mata. Ah, tergantung siapa di balik layar, ternyata.
Ayo KPK jangan samakan dirimu dengan Superman.
4 komentar:
kpk itu tersandera kepentingan politik di belakangnya. tapi malah super hero lainnya (politisi senayan) malah meneriakinya biar tidak bertarung. jadi hal yang aneh, ketika sama2 berjuang tapi kawan seperjuangan lainnya menyudutkan. "bubarkan KPK" adalah logika bodoh
Saya tidak bangga dengan 'lembaga' negara yang memakai 'celana dalam' di luar. warna merah pula. memalukan sekaligus tidak logis dan tidak jantan. satu saja, benahi CD superman atau Bubarkan KPK!
dulu ada juga superboy, lebih sopan kayaknya ya kostumnya,
ah, semoga indonesia cepat sembuh dari kanker kronis ini :)
logikanya yang membentuk KPK kan pemerintah...yach..masak sich mau abisan2 mriksa pemerintah..pokoknya sebagaimana om superman lah...sesuai arahan produser....kalo ga "BUBARKAN KPK" ...pasti itu..
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya